Beijing - Beijing menyerang balik kritikan Presiden AS Barack Obama, Jumat, terkait pembangunan yang dilakukan Tiongkok di kawasan sengketa Laut China Selatan, dengan mengatakan bahwa Washington memiliki "otot" militer lebih besar.
Tanggapan Kementerian Luar Negeri Tiongkok itu dibuat sehari setelah Obama memperingatkan bahwa Beijing "menggunakan ukuran dan otot untuk memaksa negara lain berada di posisi bawah", ditengah laporan mengenai upaya reklamasi lahan kontroversial yang dilakukan Tiongkok.
"Pemimpin AS berbicara mengenai "ukuran dan otot" Tiongkok, namun orang bisa melihat jelas siapa yang memiliki ukuran dan otot paling besar di dunia," kata jurubicara Kemenlu Hua Chunying.
Ia menyerukan Washington agar "dengan sungguh-sungguh berupaya menjaga perdamaian dan kestabilan" di kawasan itu.
Beijing menegaskan kedaulatannya atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan, termasuk kawasan di dekat pantai-pantai negara lain, dengan menggunakan garis yang pertama kali muncul di peta-peta Tiongkok pada 1940-an.
Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan juga membuat klaim yang saling tumpang tindih.
Citra satelit yang baru saja dirilis di laman Pusat Studi Internasional dan Strategis (CSIS) yang bermarkas di AS menunjukkan sebuah armada kecil kapal Tiongkok mengeruk pasir pada satu gambaran yang dikenali sebagai Karang Mischief.
Gambar-gambar sebelum dan sesudah daerah lain di Kepulauan Spratly menunjukkan landasan pesawat terbang yang muncul dari hutan, massa padat dengan tepian lembut yang sebelumnya terdapat karang, serta pelabuhan buatan manusia yang menggantikan karang alami.
Para pengamat mengatakan gambar-gambar itu menunjukkan upaya Tiongkok menciptakan fakta-fakta palsu, untuk memperkuat klaim wilayahnya.
Manila, yang merupakan pihak paling keras mengkritik aksi Beijing di kawasan itu, Jumat mengimbau masyarakat internasional untuk campur tangan dan mengakui bahwa negara-negara lain tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan pembangunan pulau-pulau buatan Tiongkok.
"Kami meminta masyarakat internasional untuk menegur Tiongkok bahwa apa yang dilakukannya itu salah, dan meminta Tiongkok menghentikan kerja reklamasinya," kata juru bicara Kemenlu Filipina Charles Jose kepada AFP.
Tiongkok menyatakan bahwa anggaran pertahanannya pada 2015 mencapai 886,9 miliar yuan (142,9 miliar dolar AS) atau 55 kali lebih besar dari anggaran Filipina yang tercatat 115,5 miliar peso (2,6 miliar dolar AS).
Manila yakin Beijing mempercepat proses reklamasi untuk mempengaruhi keputusan Perserikatan Bangsa Bangsa yang diperkirakan pada 2016 terkait tantangan Filipina atas klaim mereka, kata Jose.
"Saya rasa Tiongkok punya rencana dan mereka pikir mereka punya alat untuk melakukan itu dan mereka bisa melakukannya. Itu sebabnya kenapa mereka mengerjakan hal itu," katanya.
Pada Kamis, Obama dalam kunjungannya ke Jamaika mengatakan bahwa Beijing hendaknya tidak mengancam negara lain yang bersengketa dengannya dalam kasus Laut China Selatan.
"Hanya karena Filipina atau Vietnam tidak sebesar Tiongkok bukan berarti mereka bisa dikesampingkan," kata Obama.
Amerika Serikat tidak memiliki klaim atas kawasan itu, namun mendukung negara-negara Asia sekutunya melawan tekanan Tiongkok serta menegaskan bahwa kebebasan navigasi menjadi kepentingan nasionalnya.
Hua pada Jumat bersikeras bahwa Tiongkok tetap menjaga "perdamaian dan keamanan" di kawasan dan bekerja sama dengan negara-negara tetangga. (ant/bm 10)
Tanggapan Kementerian Luar Negeri Tiongkok itu dibuat sehari setelah Obama memperingatkan bahwa Beijing "menggunakan ukuran dan otot untuk memaksa negara lain berada di posisi bawah", ditengah laporan mengenai upaya reklamasi lahan kontroversial yang dilakukan Tiongkok.
"Pemimpin AS berbicara mengenai "ukuran dan otot" Tiongkok, namun orang bisa melihat jelas siapa yang memiliki ukuran dan otot paling besar di dunia," kata jurubicara Kemenlu Hua Chunying.
Ia menyerukan Washington agar "dengan sungguh-sungguh berupaya menjaga perdamaian dan kestabilan" di kawasan itu.
Beijing menegaskan kedaulatannya atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan, termasuk kawasan di dekat pantai-pantai negara lain, dengan menggunakan garis yang pertama kali muncul di peta-peta Tiongkok pada 1940-an.
Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan juga membuat klaim yang saling tumpang tindih.
Citra satelit yang baru saja dirilis di laman Pusat Studi Internasional dan Strategis (CSIS) yang bermarkas di AS menunjukkan sebuah armada kecil kapal Tiongkok mengeruk pasir pada satu gambaran yang dikenali sebagai Karang Mischief.
Gambar-gambar sebelum dan sesudah daerah lain di Kepulauan Spratly menunjukkan landasan pesawat terbang yang muncul dari hutan, massa padat dengan tepian lembut yang sebelumnya terdapat karang, serta pelabuhan buatan manusia yang menggantikan karang alami.
Para pengamat mengatakan gambar-gambar itu menunjukkan upaya Tiongkok menciptakan fakta-fakta palsu, untuk memperkuat klaim wilayahnya.
Manila, yang merupakan pihak paling keras mengkritik aksi Beijing di kawasan itu, Jumat mengimbau masyarakat internasional untuk campur tangan dan mengakui bahwa negara-negara lain tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan pembangunan pulau-pulau buatan Tiongkok.
"Kami meminta masyarakat internasional untuk menegur Tiongkok bahwa apa yang dilakukannya itu salah, dan meminta Tiongkok menghentikan kerja reklamasinya," kata juru bicara Kemenlu Filipina Charles Jose kepada AFP.
Tiongkok menyatakan bahwa anggaran pertahanannya pada 2015 mencapai 886,9 miliar yuan (142,9 miliar dolar AS) atau 55 kali lebih besar dari anggaran Filipina yang tercatat 115,5 miliar peso (2,6 miliar dolar AS).
Manila yakin Beijing mempercepat proses reklamasi untuk mempengaruhi keputusan Perserikatan Bangsa Bangsa yang diperkirakan pada 2016 terkait tantangan Filipina atas klaim mereka, kata Jose.
"Saya rasa Tiongkok punya rencana dan mereka pikir mereka punya alat untuk melakukan itu dan mereka bisa melakukannya. Itu sebabnya kenapa mereka mengerjakan hal itu," katanya.
Pada Kamis, Obama dalam kunjungannya ke Jamaika mengatakan bahwa Beijing hendaknya tidak mengancam negara lain yang bersengketa dengannya dalam kasus Laut China Selatan.
"Hanya karena Filipina atau Vietnam tidak sebesar Tiongkok bukan berarti mereka bisa dikesampingkan," kata Obama.
Amerika Serikat tidak memiliki klaim atas kawasan itu, namun mendukung negara-negara Asia sekutunya melawan tekanan Tiongkok serta menegaskan bahwa kebebasan navigasi menjadi kepentingan nasionalnya.
Hua pada Jumat bersikeras bahwa Tiongkok tetap menjaga "perdamaian dan keamanan" di kawasan dan bekerja sama dengan negara-negara tetangga. (ant/bm 10)
0 Komentar