Jayapura - Koalisi perempuan di Jayapura melakukan kegiatan aksi pembagian 3.000 bunga perdamaian untuk memperingati 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan.
Acara tersebut yang berlangsung di Jayapura, Senin, digagas oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kesetaraan dan pemberdayaan perempuan (United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women) mengajak berbagai organisasi perempuan di Papua.
"Kami berkoalisi dengan AJI Kota Jayapura, Pokja Perempuan MRP (Majelis Rakyat Papua), LBH Papua, Kontras Papua, BP2KB Kota Jayapura, Elsham Papua, Foker LSM Papua, JERAT, Solidaritas Perempuan Papua, HMI dan lainnya," kata pejabat UN Women Papua, Wulandari.
Menurut Wulandari, kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.
"Di Papua sendiri, konflik tanahm sumber daya alam, suku dan pergumulan kemerdekaan serta otonomi khusus menjadi atar belakang terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan," ujarnya.
Selain itu, Wulandari juga menuturkan bahwa prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di Papua mencapai angka 13,62 persen dan 12,47 persen, dimana angka ini merupakan angka tertinggi dari prevelansi nasional sebesar 3 persen.
"Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) mengidentifikasi Papua sebagai wilayah yang rentan terhadap konflik," tegasnya.
Ia menambahkan agenda pembangunan dalam mengatasi kemiskinan, ketidaksetaraan dan diskriminasi oleh masyarakat asli perlu ditingkatkan dalam konteks pembangunan perdamaian, untuk mengatasi beberapa masalah pelanggaran hak asasi manusia yang berbasis gender di masa lampau dan saat ini. (ant/bm 10)
Acara tersebut yang berlangsung di Jayapura, Senin, digagas oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kesetaraan dan pemberdayaan perempuan (United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women) mengajak berbagai organisasi perempuan di Papua.
"Kami berkoalisi dengan AJI Kota Jayapura, Pokja Perempuan MRP (Majelis Rakyat Papua), LBH Papua, Kontras Papua, BP2KB Kota Jayapura, Elsham Papua, Foker LSM Papua, JERAT, Solidaritas Perempuan Papua, HMI dan lainnya," kata pejabat UN Women Papua, Wulandari.
Menurut Wulandari, kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.
"Di Papua sendiri, konflik tanahm sumber daya alam, suku dan pergumulan kemerdekaan serta otonomi khusus menjadi atar belakang terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan," ujarnya.
Selain itu, Wulandari juga menuturkan bahwa prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di Papua mencapai angka 13,62 persen dan 12,47 persen, dimana angka ini merupakan angka tertinggi dari prevelansi nasional sebesar 3 persen.
"Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) mengidentifikasi Papua sebagai wilayah yang rentan terhadap konflik," tegasnya.
Ia menambahkan agenda pembangunan dalam mengatasi kemiskinan, ketidaksetaraan dan diskriminasi oleh masyarakat asli perlu ditingkatkan dalam konteks pembangunan perdamaian, untuk mengatasi beberapa masalah pelanggaran hak asasi manusia yang berbasis gender di masa lampau dan saat ini. (ant/bm 10)