Sentani - Khususnya di Papua, energi menjadi salah satu masalah yang perlu diperhatikan dengan serius, kata Koordinator Projek Program Administrasi pada Gothe Institut Elizabeth Soegiharto kepada Antara di Sentani, Senin.
"Walaupun tersedia banyak sumber energi alternatif yang hijau, tetapi pengembangannya tidak sejalan dengan tuntutan akan kebutuhan sumber energi listrik saat ini yang masih terus bergantung kepada sumber energi berbahan bakar fosil seperti minyak bumi," ujarnya.
Elizabeth mengungkapkan untuk melanjutkan proses penyadartahuan terhadap serial isu yang terkait dengan perubahan iklim, setelah hutan dan air maka digelarlah Science Film Festival (SFF). "Dimana isu energi memungkinkan anak-anak untuk mempelajari sumber daya alam dan pentingnya ketersediaan mereka untuk generasi mendatang, termasuk memancing anak-anak untuk membuat keputusan yang lebih bijak jika manusia terus memproduksi dan mengonsumsi energi seperti sekarang," urainya.
Elizabeth mengungkapkan sebanyak 21 kota di Indonesia secara serentak menggelar SFF dengan memutar film bertemakan Energi dan Keberlanjutan, "Ke-21 kota tersebut diantaranya Aceh, Ambon, Bali, Bandung, Jakarta, Jayapura, Mataram, Makasar, Malang, Medan, Hammer, Palembang, Pontianak, Salatiga, Jakarta, Solo, Sorong, Surabaya, SOE, Tomohon dan Yogyakarta," katanya.
Elizabeth menuturkan pada tahun 2013 ini, film ini pun diputar secara serentak di negara-negara ASEAN (Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam), Yordania, Palestina dan Uni Emirat Arab.
"Di Indonesia sendiri, tahun ini adalah tahun ke-4 SFF dan kali ini akan diselenggarakan pada tanggal 15-30 November 2013," tandasnya.
Ia menjelaskan dengan bekerja sama dengan WWF Indonesia di Jayapura, SFF memberikan kesempatan untuk mempromosikan akses terhadap iptek dan memfasilitasi penyadartahuan terhadap isu teknologi dan lingkungan hidup melalui media film dan konten untuk televisi.
"SFF juga secara tidak langsung memfasilitasi pertukaran kebudayaan secara non-komersial karena diputar di museum, sekolah, kampus dan lokasi edukasi lain melalui jaringan mitra yang ekstensif," pungkasnya. (ant/bm 10)
"Walaupun tersedia banyak sumber energi alternatif yang hijau, tetapi pengembangannya tidak sejalan dengan tuntutan akan kebutuhan sumber energi listrik saat ini yang masih terus bergantung kepada sumber energi berbahan bakar fosil seperti minyak bumi," ujarnya.
Elizabeth mengungkapkan untuk melanjutkan proses penyadartahuan terhadap serial isu yang terkait dengan perubahan iklim, setelah hutan dan air maka digelarlah Science Film Festival (SFF). "Dimana isu energi memungkinkan anak-anak untuk mempelajari sumber daya alam dan pentingnya ketersediaan mereka untuk generasi mendatang, termasuk memancing anak-anak untuk membuat keputusan yang lebih bijak jika manusia terus memproduksi dan mengonsumsi energi seperti sekarang," urainya.
Elizabeth mengungkapkan sebanyak 21 kota di Indonesia secara serentak menggelar SFF dengan memutar film bertemakan Energi dan Keberlanjutan, "Ke-21 kota tersebut diantaranya Aceh, Ambon, Bali, Bandung, Jakarta, Jayapura, Mataram, Makasar, Malang, Medan, Hammer, Palembang, Pontianak, Salatiga, Jakarta, Solo, Sorong, Surabaya, SOE, Tomohon dan Yogyakarta," katanya.
Elizabeth menuturkan pada tahun 2013 ini, film ini pun diputar secara serentak di negara-negara ASEAN (Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam), Yordania, Palestina dan Uni Emirat Arab.
"Di Indonesia sendiri, tahun ini adalah tahun ke-4 SFF dan kali ini akan diselenggarakan pada tanggal 15-30 November 2013," tandasnya.
Ia menjelaskan dengan bekerja sama dengan WWF Indonesia di Jayapura, SFF memberikan kesempatan untuk mempromosikan akses terhadap iptek dan memfasilitasi penyadartahuan terhadap isu teknologi dan lingkungan hidup melalui media film dan konten untuk televisi.
"SFF juga secara tidak langsung memfasilitasi pertukaran kebudayaan secara non-komersial karena diputar di museum, sekolah, kampus dan lokasi edukasi lain melalui jaringan mitra yang ekstensif," pungkasnya. (ant/bm 10)