Beijing - China menuntut Amerika Serikat memberikan penjelasan setelah munculnya laporan di sebuah surat kabar Australia yang mengatakan kedutaan-kedutaan besar Australia, termasuk yang berada di Beijing, telah digunakan sebagai bagian dari operasi kegiatan mata-mata yang dipimpin AS.
Koran Sydney Morning Herald melaporkan pada Kamis bahwa pengumpulan data intelijen berlangsung di kedutaan-kedutaan Australia di seantero Asia, demikian juga di misi-misi diplomatik lainnya, sebagian besar tanpa diketahui para diplomat Australia.
"China sangat prihatin mendengar laporan itu dan menuntut Amerika Serikat memberikan klarifikasi dan penjelasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah jumpa pers.
"Kami juga menuntut agar kedutaan-kedutaan asing serta staf mereka di China menghormati Konvensi Wina ... dan perjanjian-perjanjian internasional lainnya serta tidak melibatkan diri dalam kegiatan apapun yang tidak sesuai dengan status atau penempatan dan membahayakan keamanan serta kepentingan China," tambahnya.
China dan Australia memiliki kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama dan kedua belah pihak melihat satu sama lain sebagai kesempatan untuk melakukan pembangunan," kata Hua.
"Kami berharap Australia akan bekerja keras bersama China dalam hal ini." Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia menolak memberikan komentar, dengan mengatakan: "Sikap yang selama ini dianut pemerintah Australia adalah bahwa kami tidak mengomentari masalah-masalah intelijen".
Dinas-dinas keamanan China sendiri telah diyakini secara luas melancarkan penyadapan komunikasi canggih dan operasi pengintaian, setidaknya secara domestik.
Pemerintah China sendiri membantah tuduhan-tuduhan bahwa pihaknya berupaya meretas jaringan-jaringan komputer di luar negeri.
China, yang merupakan salah satu mitra utama perdagangan di tengah perundingan soal perjanjian perdagangan bebas dengan Australia, menyampaikan keprihatinannya pada pekan ini.
Keprihatinan itu muncul setelah pemerintah Australia yang baru terpilih mengatakan bahwa Australia mempertahankan penerapan larangan terhadap perusahaan China, Huawei Technologies Co Ltd, untuk ikut serta dalam tender proyek National Broadband Network Australia senilai 28 miliar dolar AS (Rp420,7 triliun).
Keributan politik menyangkut dugaan pencurian dengar oleh Amerika Serikat terhadap sekutu-sekutu dekatnya di Eropa membuat Badan Keamanan Nasional AS (NSA) mengeluarkan pembelaan yang tidak seperti biasanya.
Direktur Jenderal NSA Keith Alexander mengatakan pihak-pihak Eropalah yang sebenarnya melancarkan mata-mata dan kemudian menyerahkan data hasil kegiatan itu kepada Amerika.
Pernyataan yang dikeluarkan Alexander saat menghadiri sidang kongres secara terbuka itu menandai tonggak sejarah berikutnya menyangkut pemunculan NSA dari balik layar untuk membela misi pengintaian elektronik yang dijalankannya setelah terjadinya pembocoran rahasia yang dilakukan oleh bekas pegawai kontrak NSA, Edward Snowden. (ant/bm 10)
Koran Sydney Morning Herald melaporkan pada Kamis bahwa pengumpulan data intelijen berlangsung di kedutaan-kedutaan Australia di seantero Asia, demikian juga di misi-misi diplomatik lainnya, sebagian besar tanpa diketahui para diplomat Australia.
"China sangat prihatin mendengar laporan itu dan menuntut Amerika Serikat memberikan klarifikasi dan penjelasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah jumpa pers.
"Kami juga menuntut agar kedutaan-kedutaan asing serta staf mereka di China menghormati Konvensi Wina ... dan perjanjian-perjanjian internasional lainnya serta tidak melibatkan diri dalam kegiatan apapun yang tidak sesuai dengan status atau penempatan dan membahayakan keamanan serta kepentingan China," tambahnya.
China dan Australia memiliki kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama dan kedua belah pihak melihat satu sama lain sebagai kesempatan untuk melakukan pembangunan," kata Hua.
"Kami berharap Australia akan bekerja keras bersama China dalam hal ini." Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia menolak memberikan komentar, dengan mengatakan: "Sikap yang selama ini dianut pemerintah Australia adalah bahwa kami tidak mengomentari masalah-masalah intelijen".
Dinas-dinas keamanan China sendiri telah diyakini secara luas melancarkan penyadapan komunikasi canggih dan operasi pengintaian, setidaknya secara domestik.
Pemerintah China sendiri membantah tuduhan-tuduhan bahwa pihaknya berupaya meretas jaringan-jaringan komputer di luar negeri.
China, yang merupakan salah satu mitra utama perdagangan di tengah perundingan soal perjanjian perdagangan bebas dengan Australia, menyampaikan keprihatinannya pada pekan ini.
Keprihatinan itu muncul setelah pemerintah Australia yang baru terpilih mengatakan bahwa Australia mempertahankan penerapan larangan terhadap perusahaan China, Huawei Technologies Co Ltd, untuk ikut serta dalam tender proyek National Broadband Network Australia senilai 28 miliar dolar AS (Rp420,7 triliun).
Keributan politik menyangkut dugaan pencurian dengar oleh Amerika Serikat terhadap sekutu-sekutu dekatnya di Eropa membuat Badan Keamanan Nasional AS (NSA) mengeluarkan pembelaan yang tidak seperti biasanya.
Direktur Jenderal NSA Keith Alexander mengatakan pihak-pihak Eropalah yang sebenarnya melancarkan mata-mata dan kemudian menyerahkan data hasil kegiatan itu kepada Amerika.
Pernyataan yang dikeluarkan Alexander saat menghadiri sidang kongres secara terbuka itu menandai tonggak sejarah berikutnya menyangkut pemunculan NSA dari balik layar untuk membela misi pengintaian elektronik yang dijalankannya setelah terjadinya pembocoran rahasia yang dilakukan oleh bekas pegawai kontrak NSA, Edward Snowden. (ant/bm 10)