Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tidak menampik elektabilitas Jokowi dan Prabowo sebagai Capres 2014 potensial terus meroket. Hal bisa dilihat dari hasil survei beberapa lembaga.
Meski demikian, LSI menilai dari hasil survei yang mereka lakukan Oktober 2013 lalu, baik Jokowi dan Prabowo tidak lebih dari capres wacana semata.
"Jokowi dan Prabowo walau tinggi elektabilitasnya, hanya akan menjadi capres wacana. Jokowi bukan petinggi partai PDIP secara struktural. Maju tidaknya PDIP sebagai capres tergantung keputusan Megawati. Jadi dalam survei ini nama Jokowi tidak dimasukkan," kata Adjie di Gedung LSI, Jalan Pemuda 70, Rawamangun Jakarta Timur dalam rilis survei LSI: Indeks Capres Pemilu 2014: Capres Riil versus capres wacana.
Sedangkan untuk Prabowo, menurut Adjie hanya memiliki elektabilitas 19,2 persen dan itu di bawah Megawati dan Aburizal Bakrie. Selain itu, dalam hasil survei LSI kali ini, elektabilitas Prabowo tidak diimbangi dengan elektabilitas Partai Gerindra.
"Partai Gerindra dalam sejumlah survei LSI elektabilitasnya di bawah 10 persen dan itu di bawah tiga partai besar, Golkar, PDIP, dan Demokrat. Elektabilitas Prabowo belum mampu dikonversi menjadi elektabilitas partai," ujar Adjie.
Dengan segenap argumen itu, LSI tidak memasukkan nama Jokowi dan Prabowo dalam survei calon presiden 2014 kali ini. Ada tiga indikator yang digunakan LSI dalam survei Oktober 2013. Ketiga indikator itu disebut sebagai indeks capres 2014.
"Pertama, capresnya dicalonkan oleh 3 partai besar atau teratas dalam perolehan pemilu 2014, kedua pengurus struktural partai atau pemenang konvensi, dan ketiga dicalonkan secara resmi oleh partai," kata Adjie.
Dengan indikator itu, maka dalam indeks Capres 2014 LSI kali ini memunculkan nama capres yang disebut memenuhi syarat dari metodologi yang digunakan LSI yang kemudian disebut capres riil, dengan perolehan tertinggi adalah Megawati, Abu Rizal Bakrie, kemudian Dahlan Iskan dari salah satu calon presiden konvensi partai demokrat.
Dalam keterangan Adjie, survei indeks capres 2014 ini dibiayai oleh LSI sendiri. Survei dilaksanakan pada 12-5 Oktober 2013 di 33 Provinsi Indonesia. Metode yang digunakan multistage random sampling, dengan estimasi kesalahan sekitar -/+ 2,9 persen. Survei LSI menggunakan instrumen kuesioner dengan wawancara tatap muka. (Sumber: Merdeka.com)
Meski demikian, LSI menilai dari hasil survei yang mereka lakukan Oktober 2013 lalu, baik Jokowi dan Prabowo tidak lebih dari capres wacana semata.
"Jokowi dan Prabowo walau tinggi elektabilitasnya, hanya akan menjadi capres wacana. Jokowi bukan petinggi partai PDIP secara struktural. Maju tidaknya PDIP sebagai capres tergantung keputusan Megawati. Jadi dalam survei ini nama Jokowi tidak dimasukkan," kata Adjie di Gedung LSI, Jalan Pemuda 70, Rawamangun Jakarta Timur dalam rilis survei LSI: Indeks Capres Pemilu 2014: Capres Riil versus capres wacana.
Sedangkan untuk Prabowo, menurut Adjie hanya memiliki elektabilitas 19,2 persen dan itu di bawah Megawati dan Aburizal Bakrie. Selain itu, dalam hasil survei LSI kali ini, elektabilitas Prabowo tidak diimbangi dengan elektabilitas Partai Gerindra.
"Partai Gerindra dalam sejumlah survei LSI elektabilitasnya di bawah 10 persen dan itu di bawah tiga partai besar, Golkar, PDIP, dan Demokrat. Elektabilitas Prabowo belum mampu dikonversi menjadi elektabilitas partai," ujar Adjie.
Dengan segenap argumen itu, LSI tidak memasukkan nama Jokowi dan Prabowo dalam survei calon presiden 2014 kali ini. Ada tiga indikator yang digunakan LSI dalam survei Oktober 2013. Ketiga indikator itu disebut sebagai indeks capres 2014.
"Pertama, capresnya dicalonkan oleh 3 partai besar atau teratas dalam perolehan pemilu 2014, kedua pengurus struktural partai atau pemenang konvensi, dan ketiga dicalonkan secara resmi oleh partai," kata Adjie.
Dengan indikator itu, maka dalam indeks Capres 2014 LSI kali ini memunculkan nama capres yang disebut memenuhi syarat dari metodologi yang digunakan LSI yang kemudian disebut capres riil, dengan perolehan tertinggi adalah Megawati, Abu Rizal Bakrie, kemudian Dahlan Iskan dari salah satu calon presiden konvensi partai demokrat.
Dalam keterangan Adjie, survei indeks capres 2014 ini dibiayai oleh LSI sendiri. Survei dilaksanakan pada 12-5 Oktober 2013 di 33 Provinsi Indonesia. Metode yang digunakan multistage random sampling, dengan estimasi kesalahan sekitar -/+ 2,9 persen. Survei LSI menggunakan instrumen kuesioner dengan wawancara tatap muka. (Sumber: Merdeka.com)