JAKARTA - Nama mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai paling layak dimajukan jadi calon presiden di pemilu 2014 mendatang. Hal tersebut berdasarkan hasil survei dari Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN).
Dari empat nama kandidat presiden terkuat di Golkar seperti Aburizal Bakrie, Akbar Tanjung dan Agung Laksono, nama Jusuf Kalla melambung tinggi bahkan tingkat keterpilihan publik melampaui Aburizal Bakrie sang ketua umum partai.
JK sapaan akrab Jusuf Kalla menempati posisi teratas dengan selisih yang terpaut cukup jauh dengan calon lain. Saat ini tingkat keterpilihan Jusuf Kalla atau JK sebagai capres pilihan publik dari Golkar mencapai 36,9 persen, disusul kemudian Aburizal Bakrie 30,6 persen, Akbar Tanjung 6,5 persen, Agung Laksono 3,5 persen, dan kemudian sisanya 1,9 persen tersebar pada nama-nama lainnya seperti Priyo Budi Santoso, dan nama-nama kalangan artis dari Golkar.
Selebihnya 20,6 persen tidak menjawab atau tidak tahu sosok yang pantas menjadi capres dari Golkar.
Direktur Eksekutif LSIN, Yasin Mohammad mengatakan survei nasional tersebut dilakukan pada rentang waktu 15 Agustus 2013 sampai 20 September 2013 dengan melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia ditambah beberapa responden dari luar negeri untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari partai Golkar.
"Bahwa ketika responden diajukan pertanyaan siapakah capres yang layak menurut anda dari partai Golkar? responden mengajukan beberapa nama yang dinilai pantas menjadi Capres Golkar yaitu Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Jusuf Kalla, dan Akbar Tanjung.
Dari keempat sosok di atas nama Jusuf Kalla menarik untuk dicermati," kata Yasin Mohammad dalam pernyataannya, Minggu(20/10/2013).
Berdasarkan hasil survei LSIN, JK diminati secara luas dan dari beragam kalangan baik dari sisi demografi, geografi, sosio ekonomi, dan latar belakang politik responden. JK diminati tidak hanya oleh simpatisan Golkar tapi juga oleh simpatisan partai lain, dari aspek demografi JK diminati oleh pemilih secara merata, bahkan secara geografis dukungan JK merata di seluruh provinsi di Indonesia.
Yasin Mohammad menambahkan bahwa fenomena tersebut tidak lepas dari sosok JK sebagai Mantan Wakil Presiden RI (2004-2009) dan Capres tahun 2009, JK juga pernah menjabat ketua umum Golkar, selain itu elektabilitas JK juga didukung dengan kegiatan sensitifitas sosialnya melalui lembaga-lembaga seperti kegiatan sosial lewat Dewan Masjid, PMI, dan kegiatan safari politiknya yang sudah dilakukan sejak lama.
Sementara elektablitas Aburizal Bakrie yang saat ini menjabat ketua umum Golkar berada di bawah JK. Dari aspek ideologi politik Aburizal Bakrie diminati oleh simpatisan Golkar dan simpatisan parpol lainnya, secara geografis Aburizal Bakrie banyak diminati penduduk di wilayah Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur, minim di pulau Sumatera.
Dari aspek demografi Aburizal Bakrie diminati secara merata dari sisi penghasilan ekonomi, usia, agama dan kultur. Elektabilitas Aburizal Bakrie atau Ical didorong dari posisinya sebagai ketua umum Golkar sehingga agenda politik Golkar berada dalam genggamannya.
"Kegiatan-kegiatan sosial secara personal juga memberikan dampak terhadap elektabilitasnya seperti memberikan beasiswa pendidikan, bantuan ke nelayan dan petani, didukung lagi dengan sosialisasi yang intens baik melalui media telivisi maupun bentuk iklan lainnya," ujar Yasin.
Meski demikian kata Yasin elektabilitas Aburizal Bakrie masih berada di bawah JK, ditambah lagi masyarakat masih mengenal Aburizal Bakrie bersamaan pula hal-hal negatif yang masih melekat pada dirinya terutama kasus Lapindo.
Kemudian Agung Laksono banyak diminati oleh simpatisan Golkar dari kalangan menengah atas, secara geografis merata di seluruh Provinsi.
Terakhir Akbar Tanjung yang banyak diminati kalangan simpatisan Golkar di wilayah perkotaan secara geografis merata di seluruh Provinsi.
Survey LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban atau rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap Provinsi.
Responden adalah penduduk Indonesia yang berumur minimal 17 tahun, dengan didasarkan pada aspek gender, geografi, sosio kultural dan sosio ekonomi, dan ideologi politik responden. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan Margin of error sebesar ± 3,1%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh Provinsi. (Sumber: Tribunnews.com)
Dari empat nama kandidat presiden terkuat di Golkar seperti Aburizal Bakrie, Akbar Tanjung dan Agung Laksono, nama Jusuf Kalla melambung tinggi bahkan tingkat keterpilihan publik melampaui Aburizal Bakrie sang ketua umum partai.
JK sapaan akrab Jusuf Kalla menempati posisi teratas dengan selisih yang terpaut cukup jauh dengan calon lain. Saat ini tingkat keterpilihan Jusuf Kalla atau JK sebagai capres pilihan publik dari Golkar mencapai 36,9 persen, disusul kemudian Aburizal Bakrie 30,6 persen, Akbar Tanjung 6,5 persen, Agung Laksono 3,5 persen, dan kemudian sisanya 1,9 persen tersebar pada nama-nama lainnya seperti Priyo Budi Santoso, dan nama-nama kalangan artis dari Golkar.
Selebihnya 20,6 persen tidak menjawab atau tidak tahu sosok yang pantas menjadi capres dari Golkar.
Direktur Eksekutif LSIN, Yasin Mohammad mengatakan survei nasional tersebut dilakukan pada rentang waktu 15 Agustus 2013 sampai 20 September 2013 dengan melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia ditambah beberapa responden dari luar negeri untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari partai Golkar.
"Bahwa ketika responden diajukan pertanyaan siapakah capres yang layak menurut anda dari partai Golkar? responden mengajukan beberapa nama yang dinilai pantas menjadi Capres Golkar yaitu Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Jusuf Kalla, dan Akbar Tanjung.
Dari keempat sosok di atas nama Jusuf Kalla menarik untuk dicermati," kata Yasin Mohammad dalam pernyataannya, Minggu(20/10/2013).
Berdasarkan hasil survei LSIN, JK diminati secara luas dan dari beragam kalangan baik dari sisi demografi, geografi, sosio ekonomi, dan latar belakang politik responden. JK diminati tidak hanya oleh simpatisan Golkar tapi juga oleh simpatisan partai lain, dari aspek demografi JK diminati oleh pemilih secara merata, bahkan secara geografis dukungan JK merata di seluruh provinsi di Indonesia.
Yasin Mohammad menambahkan bahwa fenomena tersebut tidak lepas dari sosok JK sebagai Mantan Wakil Presiden RI (2004-2009) dan Capres tahun 2009, JK juga pernah menjabat ketua umum Golkar, selain itu elektabilitas JK juga didukung dengan kegiatan sensitifitas sosialnya melalui lembaga-lembaga seperti kegiatan sosial lewat Dewan Masjid, PMI, dan kegiatan safari politiknya yang sudah dilakukan sejak lama.
Sementara elektablitas Aburizal Bakrie yang saat ini menjabat ketua umum Golkar berada di bawah JK. Dari aspek ideologi politik Aburizal Bakrie diminati oleh simpatisan Golkar dan simpatisan parpol lainnya, secara geografis Aburizal Bakrie banyak diminati penduduk di wilayah Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur, minim di pulau Sumatera.
Dari aspek demografi Aburizal Bakrie diminati secara merata dari sisi penghasilan ekonomi, usia, agama dan kultur. Elektabilitas Aburizal Bakrie atau Ical didorong dari posisinya sebagai ketua umum Golkar sehingga agenda politik Golkar berada dalam genggamannya.
"Kegiatan-kegiatan sosial secara personal juga memberikan dampak terhadap elektabilitasnya seperti memberikan beasiswa pendidikan, bantuan ke nelayan dan petani, didukung lagi dengan sosialisasi yang intens baik melalui media telivisi maupun bentuk iklan lainnya," ujar Yasin.
Meski demikian kata Yasin elektabilitas Aburizal Bakrie masih berada di bawah JK, ditambah lagi masyarakat masih mengenal Aburizal Bakrie bersamaan pula hal-hal negatif yang masih melekat pada dirinya terutama kasus Lapindo.
Kemudian Agung Laksono banyak diminati oleh simpatisan Golkar dari kalangan menengah atas, secara geografis merata di seluruh Provinsi.
Terakhir Akbar Tanjung yang banyak diminati kalangan simpatisan Golkar di wilayah perkotaan secara geografis merata di seluruh Provinsi.
Survey LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban atau rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap Provinsi.
Responden adalah penduduk Indonesia yang berumur minimal 17 tahun, dengan didasarkan pada aspek gender, geografi, sosio kultural dan sosio ekonomi, dan ideologi politik responden. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan Margin of error sebesar ± 3,1%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh Provinsi. (Sumber: Tribunnews.com)