Random Posts

header ads

Indonesia Mendesak Pengaturan Global Dunia Maya

Jakarta -  Indonesia mendesak kerja sama antar negara untuk memastikan agar dunia maya (cyberspace) tidak dijadikan ajang pertarungan atau persaingan antar bangsa.

»Indonesia menyerukan pentingnya membangun rasa saling percaya sebagai paradigma dan pendekatan bagi negara-negara dalam melihat dunia maya,” kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dalam pidatonya di Konferensi Dunia maya, Seoul, Korea Selatan 17 Oktober 2013. »Dunia maya selayaknya menjadi alat untuk  membentuk kemitraan antar bangsa demi kemajuan bersama,” tambahnya.

Pidato yang dibacakan di hari pertama konferensi dua hari itu, Marty menyatakan bahwa dunia maya menyediakan peluang yang dapat dimanfaatkan semua bangsa untuk mewujudkan kemakmuran dan perdamaian dunia.

Indonesia memandang penting bagi negara-negara untuk  memikirkan prinsip dan norma global untuk mengatur dunia maya dalam memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan dan mempromosikan demokrasi dan toleransi. Untuk itu, Marty menekankan pentingnya peran PBB dalam membentuk pengelolaan global tersebut.

Kesepakatan global itu juga dapat digunakan untuk mencegah kejahatan antar-bangsa, memadamkan ekstremisme, dan mencegah korupsi.

Indonesia juga menekankan perlunya mengurangi kesenjangan digital antara negara maju dan berkembang, atau di ranah domestic antara perkodaan dengan pedesaan. Hal ini penting agar manfaat dunia maya dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.

»Penyediaan akses terhadap dunia maya yang setara bagi seluruh warga dunia dapat meningkatkan produktivitas sekaligus mendorong kreativitas, baik bagi individu maupun masyarakat,” kata Marty seperti dikutip dalam pernyataan pers Kementerian Luar Negeri RI yang diterima Tempo.

Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini merupakan konferensi ketiga dari rangkaian Conference on Cyberspace yang telah diselenggarakan di London, Inggris, pada tahun 2011  dan Budapest, Hungaria, pada tahun 2012.

Konferensi tahun ini mengangkat tema Global Prosperity through an Open and Secure Cyberspace: Opportunities, Threats and Cooperation yang bertujuan untuk memberikan dasar bagi pembahasan yang konstruktif serta sebagai momentum bagi dialog antar negara-negara dalam isu cyberspace.

Sebanyak lebih dari 90 negara dan berbagai pemangku kepentingan  terkait lainnya telah berpartisipasi aktif dalam Konferensi ini, dengan kehadiran sebanyak 26 pejabat tingkat Menteri.

Di sela-sela pertemuan Marty juga mengadakan pertemuan dengan Menlu Australia, Menlu Korea Selatan serta Wamenlu Jepang. Menlu RI juga menjadi  pembicara dalam diskusi informal dengan lembaga kajian Korea Selatan, Asan Institute for Policy Studies, membahas perkembangan terkini di kawasan. (Sumber: Tempo.co)