AMBON - BERITA MALUKU. Kesenian tradisi Maluku sedang
`ditabrak` oleh kesenian tradisional kontemporer, kata pengamat kesenian dan
budaya Maluku Semmy Toisutta di Ambon, Kamis (16/5).
"Dalam banyak pertunjukan seni-budaya, kesenian tradisi
yang berakar dari tradisi dan budaya daerah tidak lagi ditampilkan secara utuh,
melainkan dalam bentuk kesenian kontemporer," katanya.
Semmy yang juga Kepala Taman Budaya Maluku itu mengatakan
kesenian tradisi merupakan bagian dari identitas asli daerah yang harus terus
dipertahankan keberadaan dan keasliannya, tetapi dalam banyak kesempatan
kesenian tersebut dikembangkan dalam bentuk yang berbeda.
"Sebagai bagian dari identitas daerah, sudah menjadi kewajiban
bagi masyarakat dan seniman kita untuk melestarikannya agar nanti tidak hilang
begitu saja," katanya.
Menurut dia, seni tradisional kontemporer merupakan bagian
dari kesenian tradisi sebagai bentuk kreasi pengembangan seni-budaya daerah.
Berbeda dengan kesenian tradisi, kesenian kontemporer merupakan bagian dari
"popular culture" yang dalam pengembangannya disesuaikan dengan era
dan permintaan pasar.
Dengan adanya kesenian tradisional kontemporer menunjukkan
terjadinya proses kreatif dari kreativitas para seniman daerah, yang berupaya
menggarap kesenian tradisi menjadi bentuk yang berbeda tetapi tetap mengakar
pada budaya dan tradisi.
"Tidak salah jika kesenian tradisi dikembangkan menjadi
kontemporer, tetapi kita tidak bisa menafikannya begitu saja, ada baiknya bagi
seniman untuk tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi," katanya.
Semmy menambahkan, agar kesenian tradisi terlestarikan, dan
kesenian kontemporer juga dapat dipertahankan sebagai bagian dari proses
kreatif berkesenian, maka kedua kesenian tersebut harus beriringan, tidak
mengunggulkan salah satu dan menomorduakan yang lainnya.
"Dalam berkesenian keduanya harus diberi ruang yang
seimbang untuk terus lestari dan berkembang," katanya.