Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 28 poin menjadi Rp12.929 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.957 per dolar AS.
"Rupiah melanjutkan kenaikannya seiring dengan ekspektasi data tenaga kerja Amerika Serikat yang masih melambat, sehingga situasi itu dapat menunda rencana the Fed menaikan suku bunganya," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis.
Selain itu, menurut dia, berkurangnya impor migas membuat kebutuhan dolar AS cenderung berkurang sehingga menopang fluktuasi rupiah di pasar valas yang cukup stabil dengan kecenderungan menguat.
Di sisi lain, lanjut dia, meski cadangan devisa Maret 2015 mengalami penurunan, namun masih cukup membiayai sekitar 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Masih baiknya cadev Indonesia tidak membuat pelaku pasar uang khawatir, di sisi lain kondisi ekonomi Indonesia juga masih relatif kondusif," katanya.
Dalam data BI tercatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2015 sebesar 111,6 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS.
Di sisi lain, Rully Nova menambahkan bahwa masih mengalirnya dana asing ke pasar surat utang atau obligasi domestik masih menjadi sentimen positif bagi mata uang rupiah. Pada lelang empat seri Surat Utang Negara beberapa waktu lalu pemerintah menyerap dana sebesar Rp10 triliun untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam APBN dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp15,1 triliun.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (9/4) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.973 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (8/4) di posisi Rp13.002 per dolar AS. (ant/bm 10)
"Rupiah melanjutkan kenaikannya seiring dengan ekspektasi data tenaga kerja Amerika Serikat yang masih melambat, sehingga situasi itu dapat menunda rencana the Fed menaikan suku bunganya," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis.
Selain itu, menurut dia, berkurangnya impor migas membuat kebutuhan dolar AS cenderung berkurang sehingga menopang fluktuasi rupiah di pasar valas yang cukup stabil dengan kecenderungan menguat.
Di sisi lain, lanjut dia, meski cadangan devisa Maret 2015 mengalami penurunan, namun masih cukup membiayai sekitar 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Masih baiknya cadev Indonesia tidak membuat pelaku pasar uang khawatir, di sisi lain kondisi ekonomi Indonesia juga masih relatif kondusif," katanya.
Dalam data BI tercatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2015 sebesar 111,6 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS.
Di sisi lain, Rully Nova menambahkan bahwa masih mengalirnya dana asing ke pasar surat utang atau obligasi domestik masih menjadi sentimen positif bagi mata uang rupiah. Pada lelang empat seri Surat Utang Negara beberapa waktu lalu pemerintah menyerap dana sebesar Rp10 triliun untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam APBN dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp15,1 triliun.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (9/4) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.973 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (8/4) di posisi Rp13.002 per dolar AS. (ant/bm 10)
0 Komentar