Tokyo - Pembersihan baru-baru ini yang dilakukan terhadap paman Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un yang pernah memiliki pengaruh kuat bisa digembar-gemborkan sebagai masa pergolakan radikal sebanding dengan Revolusi Kebudayaan China, kata Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera, Kamis.
Pyongyang menegaskan Senin bahwa Jang Song-Thaek, yang pernah dipandang sebagai kekuatan di balik tahta, telah secara dramatis dijatuhkan dari kehormatannya, dengan penayangan TV negara yang mempermalukan citranya saat dia diseret oleh petugas berseragam.
"Setelah melihat rekaman penangkapan Jang Song-Thaek, itu mengingatkan saya pada adegan yang orang mungkin telah saksikan selama era Revolusi Kebudayaan China," kata Onodera dalam pidato yang disampaikan pada satu kelompok think tank swasta di Tokyo.
"Korea Utara mungkin akan menjadi tempat yang lebih radikal di masa depan ... itu yang saya prihatinkan," katanya.
Kantor berita resmi KCNA menuduh Jang, paman karena perkawinannya dan suatu kali sebagai wali bagi Kim muda, menjadi korup, bertekad untuk membangun faksi sendiri di partai yang berkuasa.
Para pengulas Korea Selatan memperkirakan pembersihan akan diikuti dengan penyapuan pengikutnya, sehingga meninggalkan Kim sebagai pusat kekuasaan tak terbantahkan.
Onodera berbicara tentang kebijakan pertahanan nasional baru pemerintah yang diperkirakan akan secara resmi disetujui Selasa depan.
Dia menunjuk Korea Utara sebagai faktor destabilisasi di kawasan itu, dengan program nuklir dan rudal balistik menambah kebutuhan Jepang untuk menjadi lebih mampu melindungi dirinya sendiri.
Seperti banyak negara, Jepang memiliki hubungan canggung dengan Korea Utara, yang rumit oleh keengganan Pyongyang untuk berterus terang mengenai sejauh mana warga negara Jepang yang diculik pada 1970-an dan 1980-an.
Korea Utara mengatakan, semua orang-orang itu adalah agen-agen yang telah dikembalikan ke Jepang atau telah meninggal, namun Tokyo mempermasalahkan hal ini dan menegaskan lebih banyak orang yang belum ditemukan.
Masalah itu adalah salah satu yang sangat sensitif untuk Jepang, di mana kampanye-kampanye vokal dan mendapat dukung baik memastikan bahwa hal itu tidak pernah jauh dari puncak agenda diplomatik. (ant/bm 10)
Pyongyang menegaskan Senin bahwa Jang Song-Thaek, yang pernah dipandang sebagai kekuatan di balik tahta, telah secara dramatis dijatuhkan dari kehormatannya, dengan penayangan TV negara yang mempermalukan citranya saat dia diseret oleh petugas berseragam.
"Setelah melihat rekaman penangkapan Jang Song-Thaek, itu mengingatkan saya pada adegan yang orang mungkin telah saksikan selama era Revolusi Kebudayaan China," kata Onodera dalam pidato yang disampaikan pada satu kelompok think tank swasta di Tokyo.
"Korea Utara mungkin akan menjadi tempat yang lebih radikal di masa depan ... itu yang saya prihatinkan," katanya.
Kantor berita resmi KCNA menuduh Jang, paman karena perkawinannya dan suatu kali sebagai wali bagi Kim muda, menjadi korup, bertekad untuk membangun faksi sendiri di partai yang berkuasa.
Para pengulas Korea Selatan memperkirakan pembersihan akan diikuti dengan penyapuan pengikutnya, sehingga meninggalkan Kim sebagai pusat kekuasaan tak terbantahkan.
Onodera berbicara tentang kebijakan pertahanan nasional baru pemerintah yang diperkirakan akan secara resmi disetujui Selasa depan.
Dia menunjuk Korea Utara sebagai faktor destabilisasi di kawasan itu, dengan program nuklir dan rudal balistik menambah kebutuhan Jepang untuk menjadi lebih mampu melindungi dirinya sendiri.
Seperti banyak negara, Jepang memiliki hubungan canggung dengan Korea Utara, yang rumit oleh keengganan Pyongyang untuk berterus terang mengenai sejauh mana warga negara Jepang yang diculik pada 1970-an dan 1980-an.
Korea Utara mengatakan, semua orang-orang itu adalah agen-agen yang telah dikembalikan ke Jepang atau telah meninggal, namun Tokyo mempermasalahkan hal ini dan menegaskan lebih banyak orang yang belum ditemukan.
Masalah itu adalah salah satu yang sangat sensitif untuk Jepang, di mana kampanye-kampanye vokal dan mendapat dukung baik memastikan bahwa hal itu tidak pernah jauh dari puncak agenda diplomatik. (ant/bm 10)