Jakarta - Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin tak mau menanggapi serius soal usulan Anas Urbaningrum agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi cawapres di Pemilu 2014. Menurut dia, hal itu tidak mungkin terjadi.
Amir mengatakan, SBY merupakan orang yang sangat menolak dinasti politik. Amir menyatakan, SBY juga buka tipe orang yang berambisi dengan kekuasaan.
"Beliau (SBY) sering mengkritik nepotisme jabatan, saya rasa mustahil jika maju jadi wapres," kata Amir di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/12).
Menteri Hukum dan HAM ini enggan berpolemik soal motif Anas mengeluarkan usul itu. Dia memilih bersikap positif karena semua orang memiliki hak menyampaikan ekspresinya.
"Saya tidak melihat usulan Anas itu memiliki arti secara khusus, tidak perlu ditanggapi," pungkasnya.
Sebelumnya, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengusulkan agar bekas partainya itu mau mengusung ketua umum saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon wakil presiden. Usulan itu disampaikannya secara terang-terangan melalui akun Twitter miliknya.
Dalam beberapa tulisannya, Anas membantah usulannya itu merupakan sindiran terhadap kepemimpinan SBY di partai maupun pemerintahan. Justru, ia menyebutnya sebagai usulan yang rasional.
"Ada yg tanya, apakah itu sindiran? Saya jawab bukan. Ini usulan rasional. #cawapressby," tulis @anasurbaningrum, Rabu (4/12).
Tak hanya itu, dia juga membantah pernyataannya itu sebagai serangan politik atau upaya merendahkan kredibilitas SBY. Menurutnya, apapun jabatan yang dipercayakan merupakan panggilan tugas yang tidak rendah nilainya.
"Apakah itu tidak merendahkan? Jelas bukan. Panggilan tugas dan peran tidak ada yang rendah nilainya. #cawapressby," lanjutnya. (Sumber: Merdeka.com)
Amir mengatakan, SBY merupakan orang yang sangat menolak dinasti politik. Amir menyatakan, SBY juga buka tipe orang yang berambisi dengan kekuasaan.
"Beliau (SBY) sering mengkritik nepotisme jabatan, saya rasa mustahil jika maju jadi wapres," kata Amir di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/12).
Menteri Hukum dan HAM ini enggan berpolemik soal motif Anas mengeluarkan usul itu. Dia memilih bersikap positif karena semua orang memiliki hak menyampaikan ekspresinya.
"Saya tidak melihat usulan Anas itu memiliki arti secara khusus, tidak perlu ditanggapi," pungkasnya.
Sebelumnya, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengusulkan agar bekas partainya itu mau mengusung ketua umum saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon wakil presiden. Usulan itu disampaikannya secara terang-terangan melalui akun Twitter miliknya.
Dalam beberapa tulisannya, Anas membantah usulannya itu merupakan sindiran terhadap kepemimpinan SBY di partai maupun pemerintahan. Justru, ia menyebutnya sebagai usulan yang rasional.
"Ada yg tanya, apakah itu sindiran? Saya jawab bukan. Ini usulan rasional. #cawapressby," tulis @anasurbaningrum, Rabu (4/12).
Tak hanya itu, dia juga membantah pernyataannya itu sebagai serangan politik atau upaya merendahkan kredibilitas SBY. Menurutnya, apapun jabatan yang dipercayakan merupakan panggilan tugas yang tidak rendah nilainya.
"Apakah itu tidak merendahkan? Jelas bukan. Panggilan tugas dan peran tidak ada yang rendah nilainya. #cawapressby," lanjutnya. (Sumber: Merdeka.com)