Peshawar, Pakistan - Militan melemparkan granat ke tempat pertemuan suku di Pakistan baratlaut, Minggu, menewaskan sedikitnya empat orang Syiah dan melukai dua lain, dalam insiden yang tampaknya serangan sektarian, kata sejumlah pejabat.
Serangan itu dilakukan ketika sekelompok orang Syiah mengadakan pertemuan untuk menyelesaikan sengketa kepemilikan tanah di sebuah desa di daerah suku Orakzai.
Orakzai merupakan salah satu dari tujuh daerah suku di Pakistan yang dilanda kekerasan dan terletak di perbatasan dengan Afghanistan yang dianggap sebagai sarang Taliban dan militan yang terkait dengan Al Qaida.
"Tiga penyerang datang dengan sebuah jeep dan melemparkan empat granat ke arah peserta pertemuan," kata pejabat pemerintah senior Mehmood Aslam kepada AFP.
"Empat orang tewas dan dua lain cedera. Pengawal peserta petemuan melepaskan tembakan balasan dan membunuh salah seorang penyerang," katanya.
"Tampaknya itu merupakan serangan sektarian. Namun pada saat ini kami belum mengetahui jati diri penyerang atau mereka dari kelompok mana," tambah pejabat itu.
Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.
Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.
Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.
Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.
Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011. (ant/bm 10)
Serangan itu dilakukan ketika sekelompok orang Syiah mengadakan pertemuan untuk menyelesaikan sengketa kepemilikan tanah di sebuah desa di daerah suku Orakzai.
Orakzai merupakan salah satu dari tujuh daerah suku di Pakistan yang dilanda kekerasan dan terletak di perbatasan dengan Afghanistan yang dianggap sebagai sarang Taliban dan militan yang terkait dengan Al Qaida.
"Tiga penyerang datang dengan sebuah jeep dan melemparkan empat granat ke arah peserta pertemuan," kata pejabat pemerintah senior Mehmood Aslam kepada AFP.
"Empat orang tewas dan dua lain cedera. Pengawal peserta petemuan melepaskan tembakan balasan dan membunuh salah seorang penyerang," katanya.
"Tampaknya itu merupakan serangan sektarian. Namun pada saat ini kami belum mengetahui jati diri penyerang atau mereka dari kelompok mana," tambah pejabat itu.
Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.
Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.
Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.
Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.
Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011. (ant/bm 10)