Bagi sebagian orang, berhasil menurunkan berat badan memang tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Hal itulah yang dialami Deryl Yuwono yang banyak mendapat godaan dan rintangan dalam usahanya menurunkan berat badan.
Before-After-Deryl-Yuwono
“Nama saya Deryl Yuwono. Usia saya 22 tahun dari Banjarmasin dan kini bekerja di Surabaya. Saya telah berhasil menurunkan berat badan secara signifikan dan sampai sekarang masih terus berusaha. Sebelumnya berat badan saya mencapai 86 kg dengan tinggi badan 180 cm,” buka Deryl. “Saya sudah mencoba berbagai macam cara diet namun tidak berhasil, malah berat badan saya bertambah naik menjadi 88 kg,” tambahnya.
“Dari situ, saya yakin kalau ada yang salah dengan diet saya. Dalam pkiran saya, diet itu artinya tidak makan, lapar ditahan, dan tanpa olahraga pasti bisa kurus. Ternyata cara tersebut tidak berhasil,” kenangnya.
“Mau tidak mau saya harus berolahraga untuk menurunkan berat badan saya. Saya lalu mulai mencari-cari info diet di internet. Dan saya tertarik dengan program bernama High Intensity Interval Training (HIIT) dari website DuniaFitnes.com. Saya segera mendaftar sebagai member di salah satu gym di kota Surabaya untuk mencoba program HIIT tersebut.
“Mulailah saya latihan beban 4-5 kali seminggu dan diakhir latihan pasti saya latihan kardio dengan treadmill. Latihan tersebut menerapkan metode HIIT. Awalnya memang sangat berat, namun tetap saya teruskan hingga akhirnya terbiasa,” terang Deryl.
“Untuk pola makan, selama program penurunan berat badan saya benar-benar tidak makan nasi putih. Lauknya juga dipilih yang sehat. Semua bentuk gorengan saya jauhkan. Jadi menu makan saya sehari-hari benar-benar bisa bikin orang lain yang melihat tidak nafsu makan,” ujarnya.
“Menu makan siang saya setiap hari adalah nasi beras merah, lauk tinggi protein yang serba rebus atau kukus. Untuk sarapan, saya hanya makan roti gandum dan selai kacang. Sementara untuk makan malam saya hanya makan lauk tinggi protein yang dimasak rebus atau kukus saja tanpa nasi atau bentuk karbohidrat lainnya. Untuk camilan, biasanya saya hanya makan buah-buahan,” terang Deryl soal dietnya.
“Hasilnya, dalam 4 bulan berat badan saya turun menjadi 75 kg. Semua baju berasa longgar. Dari baju ukuran XL, sekarang saya pakai ukuran L atau kadang-kadang malah M. Ukuran celana yang dulunya 36 masih sesak, sekarang memakai ukuran 34 saja masih agak longgar,” akunya senang.
“Semua usaha itu tidak gampang lho. Apalagi saat papa dan mama saya datang dari Banjarmasin ke Surabaya, pasti ada acara makan bersama diluar yang mana saya pasti tidak mungkin bisa memilih menu makanannya seperti menu diet sayasehari-hari,” kisah Deryl.
“Solusinya, saya tetap ikut makan, tapi menu yang saya pilih berbeda. Jadi jika papa, mama, dan adik saya makan ayam goreng, saya pesan salad atau sop bakso ikan, menu yang menurut saya rendah lemak. Dan tentu saja tanpa nasi atau karbohidrat yang berlebihan,” tambahnya.
“Begitu juga saat saya sudah bekerja. Waktu untuk latihan rutin agak terkendala. Solusinya, di rumah saya sempatkan untuk jogging di tempat selama 10 menit setiap hari,” ujarnya berbagi tip. “Makan sehat juga tidak bisa rutin.
Kadang-kadang saya sempatkan membawa bekal makanan sehat sendiri, tapi kadang juga tidak sempat sehingga harus makan di kantin kantor. Solusinya, untuk makan saya batasi konsumsi karbohidrat dan menghindari makanan berminyak,” tambahnya.
“Sampai saat ini saya masih terus berusaha menurunkan berat badan. Saya yakin, menurunkan berat badan dengan cara berolahraga lebih baik dan efektif daripada dengan memakai obat-obatan,” tutupnya berpesan. (Sumber: Duniafitnes.com)
Before-After-Deryl-Yuwono
“Nama saya Deryl Yuwono. Usia saya 22 tahun dari Banjarmasin dan kini bekerja di Surabaya. Saya telah berhasil menurunkan berat badan secara signifikan dan sampai sekarang masih terus berusaha. Sebelumnya berat badan saya mencapai 86 kg dengan tinggi badan 180 cm,” buka Deryl. “Saya sudah mencoba berbagai macam cara diet namun tidak berhasil, malah berat badan saya bertambah naik menjadi 88 kg,” tambahnya.
“Dari situ, saya yakin kalau ada yang salah dengan diet saya. Dalam pkiran saya, diet itu artinya tidak makan, lapar ditahan, dan tanpa olahraga pasti bisa kurus. Ternyata cara tersebut tidak berhasil,” kenangnya.
“Mau tidak mau saya harus berolahraga untuk menurunkan berat badan saya. Saya lalu mulai mencari-cari info diet di internet. Dan saya tertarik dengan program bernama High Intensity Interval Training (HIIT) dari website DuniaFitnes.com. Saya segera mendaftar sebagai member di salah satu gym di kota Surabaya untuk mencoba program HIIT tersebut.
“Mulailah saya latihan beban 4-5 kali seminggu dan diakhir latihan pasti saya latihan kardio dengan treadmill. Latihan tersebut menerapkan metode HIIT. Awalnya memang sangat berat, namun tetap saya teruskan hingga akhirnya terbiasa,” terang Deryl.
“Untuk pola makan, selama program penurunan berat badan saya benar-benar tidak makan nasi putih. Lauknya juga dipilih yang sehat. Semua bentuk gorengan saya jauhkan. Jadi menu makan saya sehari-hari benar-benar bisa bikin orang lain yang melihat tidak nafsu makan,” ujarnya.
“Menu makan siang saya setiap hari adalah nasi beras merah, lauk tinggi protein yang serba rebus atau kukus. Untuk sarapan, saya hanya makan roti gandum dan selai kacang. Sementara untuk makan malam saya hanya makan lauk tinggi protein yang dimasak rebus atau kukus saja tanpa nasi atau bentuk karbohidrat lainnya. Untuk camilan, biasanya saya hanya makan buah-buahan,” terang Deryl soal dietnya.
“Hasilnya, dalam 4 bulan berat badan saya turun menjadi 75 kg. Semua baju berasa longgar. Dari baju ukuran XL, sekarang saya pakai ukuran L atau kadang-kadang malah M. Ukuran celana yang dulunya 36 masih sesak, sekarang memakai ukuran 34 saja masih agak longgar,” akunya senang.
“Semua usaha itu tidak gampang lho. Apalagi saat papa dan mama saya datang dari Banjarmasin ke Surabaya, pasti ada acara makan bersama diluar yang mana saya pasti tidak mungkin bisa memilih menu makanannya seperti menu diet sayasehari-hari,” kisah Deryl.
“Solusinya, saya tetap ikut makan, tapi menu yang saya pilih berbeda. Jadi jika papa, mama, dan adik saya makan ayam goreng, saya pesan salad atau sop bakso ikan, menu yang menurut saya rendah lemak. Dan tentu saja tanpa nasi atau karbohidrat yang berlebihan,” tambahnya.
“Begitu juga saat saya sudah bekerja. Waktu untuk latihan rutin agak terkendala. Solusinya, di rumah saya sempatkan untuk jogging di tempat selama 10 menit setiap hari,” ujarnya berbagi tip. “Makan sehat juga tidak bisa rutin.
Kadang-kadang saya sempatkan membawa bekal makanan sehat sendiri, tapi kadang juga tidak sempat sehingga harus makan di kantin kantor. Solusinya, untuk makan saya batasi konsumsi karbohidrat dan menghindari makanan berminyak,” tambahnya.
“Sampai saat ini saya masih terus berusaha menurunkan berat badan. Saya yakin, menurunkan berat badan dengan cara berolahraga lebih baik dan efektif daripada dengan memakai obat-obatan,” tutupnya berpesan. (Sumber: Duniafitnes.com)