London - Sebanyak 131 ribu orang terpapar HIV di Eropa dan negara dekat kawasan itu selama 2012, delapan persen meningkat jika dibandingkan dengan pada 2011, sehingga menimbulkan kekhawatiran setelah Barat menyaksikan kecenderungan penurunan kasus AIDS.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (ECDC) menunjukkan peningkatan kasus baru HIV sepanjang tahun lalu, namun sebagian besar kasus itu tercatat di Eropa Barat dan Asia Tengah.
"Tinggi dan meningkatnya angka kasus AIDS di Timur mengindikasikan lambatnya diagnosis HIV, cakupan layanan yang rendah, dan lambannya inisiasi perlakuan HIV untuk menyelamatkan nyawa," kata ECDC/WHO dalam laporan itu.
Sebanyak 76 ribu infeksi baru HIV dilaporkan di Rusia, lebih dari separoh jumlah keseluruhan kasus di kawasan tersebut.
Sementara kasus AIDS terus menurun di Eropa bagian barat -- turun 48 persen pada 2006 hingga 2012 -- di kawasan timur Eropa yang meliputi beberapa negara Asia bekas Uni Soviet, jumlah orang yang baru terdiagnosis dengan AIDS meningkat 113 persen.
Menurut para pakar, kenaikan ini sangat terkait dengan kurangnya langkah pencegahan bagi mereka yang berisiko tinggi terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang menyebabkan AIDS.
Langkah pencegahan tersebut termasuk penyediaan jarum suntik baru untuk pengguna obat, kondom gratis dan kemudahan akses untuk melakukan uji HIV bagi pekerja seks dan gay, serta akses cepat untuk mendapat pengobatan AIDS - yang dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART) - bagi pasien yang dinyatakan positif.
"Data kami menunjukkan satu dari dua orang yang dinyatakan positif HIV (di kawasan itu) - atau sekitar 49 persen - terlambat didiagnosa penyakit mereka, yang artinya mereka segera membutuhkan terapi antiretroviral karena sistem kekebalan tubuh mereka sudah mulai gagal," kata direktur ECDC Marc Sprenger.
Di seluruh dunia, lebih dari 35 juta orang terinfeksi HIV - mayoritas diantaranya berada di kawasan sub-sahara Afrika dimana akses terhadap pencegahan, pengujian dan obat-obatan seringkali terkendala oleh kurangnya dana.
Kombinasi obat-obatan AIDS bisa mengendalikan pertumbuhan virus selama beberapa tahun, sehingga memungkinkan mereka yang cepat didiagnosa dan diobati untuk bisa hidup lebih lama.
Meski demikian, di kawasan yang relatif makmur seperti Eropa, hanya satu dari tiga orang dengan HIV mendapat pengobatan ART yang dibutuhkan, demikian laporan itu.
Michel Kazatchkine, utusan khusus PBB untuk HIV/AIDS di Eropa Timur dalam sebuah wawancara bulan ini mengatakan bahwa epidemi HIV menjadi lebih terkonsentrasi di kelompok-kelompok marjinal seperti pekerja seks, pengguna narkoba, dan gay, serta bisa bertentangan dengan upaya global untuk memerangi AIDS jika tidak ada kemajuan dalam mengubah cara hidup mereka.
Sprenger mengatakan bahwa untuk mulai melakukan dengan lebih efektif "kita harus membuat pengujian HIV lebih tersedia aksesnya di seluruh Eropa untuk menjamin diagnosa yang lebih awal serta pengobatan dan perawatan yang lebih efektif".
Zsuzsanna Jakab, direktur regional WHO untuk Eropa mengatakan pemberian obat AIDS yang lebih awal bagi orang dengan HIV akan membuat mereka hidup lebih lama dan lebih sehat, serta membantu mengurangi risiko penularan HIV ke orang lain.
"Kita tidak berada di penghujung epidemi HIV di Eropa, namun tujuan kita untuk menghambat penyebaran HIV hingga 2015 masih bisa tercapai di banyak negara," katanya. (ant/bm 10)
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (ECDC) menunjukkan peningkatan kasus baru HIV sepanjang tahun lalu, namun sebagian besar kasus itu tercatat di Eropa Barat dan Asia Tengah.
"Tinggi dan meningkatnya angka kasus AIDS di Timur mengindikasikan lambatnya diagnosis HIV, cakupan layanan yang rendah, dan lambannya inisiasi perlakuan HIV untuk menyelamatkan nyawa," kata ECDC/WHO dalam laporan itu.
Sebanyak 76 ribu infeksi baru HIV dilaporkan di Rusia, lebih dari separoh jumlah keseluruhan kasus di kawasan tersebut.
Sementara kasus AIDS terus menurun di Eropa bagian barat -- turun 48 persen pada 2006 hingga 2012 -- di kawasan timur Eropa yang meliputi beberapa negara Asia bekas Uni Soviet, jumlah orang yang baru terdiagnosis dengan AIDS meningkat 113 persen.
Menurut para pakar, kenaikan ini sangat terkait dengan kurangnya langkah pencegahan bagi mereka yang berisiko tinggi terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang menyebabkan AIDS.
Langkah pencegahan tersebut termasuk penyediaan jarum suntik baru untuk pengguna obat, kondom gratis dan kemudahan akses untuk melakukan uji HIV bagi pekerja seks dan gay, serta akses cepat untuk mendapat pengobatan AIDS - yang dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART) - bagi pasien yang dinyatakan positif.
"Data kami menunjukkan satu dari dua orang yang dinyatakan positif HIV (di kawasan itu) - atau sekitar 49 persen - terlambat didiagnosa penyakit mereka, yang artinya mereka segera membutuhkan terapi antiretroviral karena sistem kekebalan tubuh mereka sudah mulai gagal," kata direktur ECDC Marc Sprenger.
Di seluruh dunia, lebih dari 35 juta orang terinfeksi HIV - mayoritas diantaranya berada di kawasan sub-sahara Afrika dimana akses terhadap pencegahan, pengujian dan obat-obatan seringkali terkendala oleh kurangnya dana.
Kombinasi obat-obatan AIDS bisa mengendalikan pertumbuhan virus selama beberapa tahun, sehingga memungkinkan mereka yang cepat didiagnosa dan diobati untuk bisa hidup lebih lama.
Meski demikian, di kawasan yang relatif makmur seperti Eropa, hanya satu dari tiga orang dengan HIV mendapat pengobatan ART yang dibutuhkan, demikian laporan itu.
Michel Kazatchkine, utusan khusus PBB untuk HIV/AIDS di Eropa Timur dalam sebuah wawancara bulan ini mengatakan bahwa epidemi HIV menjadi lebih terkonsentrasi di kelompok-kelompok marjinal seperti pekerja seks, pengguna narkoba, dan gay, serta bisa bertentangan dengan upaya global untuk memerangi AIDS jika tidak ada kemajuan dalam mengubah cara hidup mereka.
Sprenger mengatakan bahwa untuk mulai melakukan dengan lebih efektif "kita harus membuat pengujian HIV lebih tersedia aksesnya di seluruh Eropa untuk menjamin diagnosa yang lebih awal serta pengobatan dan perawatan yang lebih efektif".
Zsuzsanna Jakab, direktur regional WHO untuk Eropa mengatakan pemberian obat AIDS yang lebih awal bagi orang dengan HIV akan membuat mereka hidup lebih lama dan lebih sehat, serta membantu mengurangi risiko penularan HIV ke orang lain.
"Kita tidak berada di penghujung epidemi HIV di Eropa, namun tujuan kita untuk menghambat penyebaran HIV hingga 2015 masih bisa tercapai di banyak negara," katanya. (ant/bm 10)