Malang - Selama dua hari terakhir, hujan deras disertai angin kencang menerjang wilayah Malang dan sekitarnya. Amukan puting beliung menyebabkan pepohonan tumbang dan sebuah menara pemancar radio roboh.
Tiupan angin itu disertai turunnya hujan bercampur butiran-butiran es sebesar kelereng. "Suaranya keras berjatuhan ke genting," kata warga Jalan Ciliwung, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Kurniawan, Kamis, 14 November 2013.
Hujan es hanya berlangsung singkat, tak lebih dari lima menit. Selama 15 tahun tinggal di Malang, kata Kurniawan, baru pertama kali itu ia menyaksikan hujan es.
Kepala Seksi Observasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, Rahmatullah Aj mengatakan, hujan es biasa terjadi pada awal musim penghujan. Hujan es lazim turun di wilayah tropis. Rata-rata butiran es yang turun berdiameter antara 3-5 sentimeter.
"Butiran es itu awalnya berupa bongkahan besar, setelah turun ke bumi berangsur mencair," katanya. Menurut dia, hujan es terbentuk akibat awan Komulunimbus yang berlapis-lapis dengan arah vertikal sampai mencapai titik beku atau freezing level. Bongkahan es tercipta, kata dia, jika awan itu dihempas puting beliung.
Potensi hujan es tinggi pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Namun hujan es terjadi secara lokal dan sporadis. BMKG mengimbau warga Malang mewaspadai jika melihat awan gelap disertai angin kencang. "Itu tanda-tanda munculnya angin puting beliung dan hujan es," katanya.
Kecepatan angin saat ini 40 kilometer per jam, tapi saat musim pancaroba bisa mencapai 88 kilometer per jam dan mampu menumbangkan pohon dan menerbangkan benda ke udara. Bongkahan es juga mampu menjebol atap, genting, maupun kaca. (Sumber: Tempo.co)
Tiupan angin itu disertai turunnya hujan bercampur butiran-butiran es sebesar kelereng. "Suaranya keras berjatuhan ke genting," kata warga Jalan Ciliwung, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Kurniawan, Kamis, 14 November 2013.
Hujan es hanya berlangsung singkat, tak lebih dari lima menit. Selama 15 tahun tinggal di Malang, kata Kurniawan, baru pertama kali itu ia menyaksikan hujan es.
Kepala Seksi Observasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, Rahmatullah Aj mengatakan, hujan es biasa terjadi pada awal musim penghujan. Hujan es lazim turun di wilayah tropis. Rata-rata butiran es yang turun berdiameter antara 3-5 sentimeter.
"Butiran es itu awalnya berupa bongkahan besar, setelah turun ke bumi berangsur mencair," katanya. Menurut dia, hujan es terbentuk akibat awan Komulunimbus yang berlapis-lapis dengan arah vertikal sampai mencapai titik beku atau freezing level. Bongkahan es tercipta, kata dia, jika awan itu dihempas puting beliung.
Potensi hujan es tinggi pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Namun hujan es terjadi secara lokal dan sporadis. BMKG mengimbau warga Malang mewaspadai jika melihat awan gelap disertai angin kencang. "Itu tanda-tanda munculnya angin puting beliung dan hujan es," katanya.
Kecepatan angin saat ini 40 kilometer per jam, tapi saat musim pancaroba bisa mencapai 88 kilometer per jam dan mampu menumbangkan pohon dan menerbangkan benda ke udara. Bongkahan es juga mampu menjebol atap, genting, maupun kaca. (Sumber: Tempo.co)