JAKARTA - Pelaku pembacokan dan penusukan terhadap anggota Brimob Mabes Polri, Brigadir M Syarif Mappa hingga tewas bersimbah darah di sisi Jalan Tanjung Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (27/10/2013) malam lalu diduga kuat adalah kondektur Metromini S 64 (jurusan Pasar Minggu- Cililitan) yang sebelumnya sempat ditumpangi korban.
Dari pemeriksaan dan keterangan sejumlah saksi mata serta dua rekan Brigadir Syarif yang sempat diamankan polisi yakni AM dan AP, semua petunjuk hampir semuanya mengarah ke kondektur metromini sebagai pelaku pembantaian terhadap Brigadir Syarif, dengan bacokan dan tusukan senjata tajam hingga tewas.
Saat ini polisi masih memburu kondektur metromini itu untuk dimintai keterangan.
Kabid Humas Polda Metro, Kombes Pol Rikwanto menjelaskan, semua keterangan saksi serta hasil penyelidikan di lokasi kejadian, akhirnya membuat polisi menduga kuat pelaku pembacokan terhadap Brigadi Syarif adalah kondektur metromini tersebut.
Dugaan tersebut, katanya, setelah polisi melakukan penyelidikan di lokasi kejadian serta menggali keterangan para saksi mata.
"Berdasar keterangan saksi, kami duga pelakunya adalah seseorang yang ada di dalam metromini itu yang ditumpangi korban. Seseorang itu mengarah ke kondektur metromini tersebut. Kami duga pula sopirnya mengetahui peristiwa itu," papar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Rabu (30/10/2013).
Rikwanto menjelaskan salah seorang saksi mata lain yakni FR, mengaku sempat melihat korban dan kondektur metromini terlibat percekcokan dan perkelahian.
"FR adalah saksi yang melihat percekcokan keduanya di atas Metromini itu, sebelum akhirnya korban turun," katanya.
Selain memburu sang kondektur, kata Rikwanto pihaknya juga memburu sopir yang beroperasi bersama sang kondektur itu. Sebab diduga kuat, sang sopir mengetahui kejadian itu.
Rikwanto menjelaskan sopir tersebut diketahui bukan sopir asli metromini, namun hanya sopir tembak.
"Sopir aslinya sudah kami temui. Saat kejadian, sopirnya adalah sopir tembak. Jadi, sopir aslinya tidak tahu. Saat ini sopir tembak dan kondektur yang diduga pelaku pembacokan masih kami cari," katanya.
Rikwanto menuturkan AM dan AP yang sempat diamankan pihaknya dalam kasus ini karena merupakan orang terakhir yang bersama korban dipastikan bukan pelaku pembacokan.
AM dan AP adalah rekan Brigadir Syarif karena keduanya berasal dari kampung halaman yang sama dengan korban di Sulawesi.
Dari keterangan AM dan AP, kata Rikwanto, setelah mereka bertemu pada malam itu, Brigadir Syarif diantar dan ditunjukkan oleh seorang satpam untuk naik metromini S 64.
Tak lama setelah Syarif berada di dalam metromini, terjadi percekcokan di dalam metromini.
"Kemudian metromininya berhenti dan mereka turun. Lalu terjadi aksi kejar-kejaran dan perkelahian. Selanjutnya, korban terkena bacokan dan tusukan senjata tajam," kata Rikwanto.
Ia menjelaskan setelah melukai korban pelaku kabur melarikan diri. Sedangkan, korban berjalan beberapa langkah, dan sempat duduk di trotoar jalan untuk beristirahat dan menahan sakit.
Bahkan, katanya, korban sempat menanyakan kepada para pedagang yang membuka lapak di sana, di mana letak kantor polisi terdekat. Setelah ditunjukkan oleh para saksi, Syarif berjalan menuju ke arah yang dimaksud. Namun baru berjalan 10 meter, Syarif ambruk dan meninggal dunia. (Sumber: Tribunnews.com)
Dari pemeriksaan dan keterangan sejumlah saksi mata serta dua rekan Brigadir Syarif yang sempat diamankan polisi yakni AM dan AP, semua petunjuk hampir semuanya mengarah ke kondektur metromini sebagai pelaku pembantaian terhadap Brigadir Syarif, dengan bacokan dan tusukan senjata tajam hingga tewas.
Saat ini polisi masih memburu kondektur metromini itu untuk dimintai keterangan.
Kabid Humas Polda Metro, Kombes Pol Rikwanto menjelaskan, semua keterangan saksi serta hasil penyelidikan di lokasi kejadian, akhirnya membuat polisi menduga kuat pelaku pembacokan terhadap Brigadi Syarif adalah kondektur metromini tersebut.
Dugaan tersebut, katanya, setelah polisi melakukan penyelidikan di lokasi kejadian serta menggali keterangan para saksi mata.
"Berdasar keterangan saksi, kami duga pelakunya adalah seseorang yang ada di dalam metromini itu yang ditumpangi korban. Seseorang itu mengarah ke kondektur metromini tersebut. Kami duga pula sopirnya mengetahui peristiwa itu," papar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Rabu (30/10/2013).
Rikwanto menjelaskan salah seorang saksi mata lain yakni FR, mengaku sempat melihat korban dan kondektur metromini terlibat percekcokan dan perkelahian.
"FR adalah saksi yang melihat percekcokan keduanya di atas Metromini itu, sebelum akhirnya korban turun," katanya.
Selain memburu sang kondektur, kata Rikwanto pihaknya juga memburu sopir yang beroperasi bersama sang kondektur itu. Sebab diduga kuat, sang sopir mengetahui kejadian itu.
Rikwanto menjelaskan sopir tersebut diketahui bukan sopir asli metromini, namun hanya sopir tembak.
"Sopir aslinya sudah kami temui. Saat kejadian, sopirnya adalah sopir tembak. Jadi, sopir aslinya tidak tahu. Saat ini sopir tembak dan kondektur yang diduga pelaku pembacokan masih kami cari," katanya.
Rikwanto menuturkan AM dan AP yang sempat diamankan pihaknya dalam kasus ini karena merupakan orang terakhir yang bersama korban dipastikan bukan pelaku pembacokan.
AM dan AP adalah rekan Brigadir Syarif karena keduanya berasal dari kampung halaman yang sama dengan korban di Sulawesi.
Dari keterangan AM dan AP, kata Rikwanto, setelah mereka bertemu pada malam itu, Brigadir Syarif diantar dan ditunjukkan oleh seorang satpam untuk naik metromini S 64.
Tak lama setelah Syarif berada di dalam metromini, terjadi percekcokan di dalam metromini.
"Kemudian metromininya berhenti dan mereka turun. Lalu terjadi aksi kejar-kejaran dan perkelahian. Selanjutnya, korban terkena bacokan dan tusukan senjata tajam," kata Rikwanto.
Ia menjelaskan setelah melukai korban pelaku kabur melarikan diri. Sedangkan, korban berjalan beberapa langkah, dan sempat duduk di trotoar jalan untuk beristirahat dan menahan sakit.
Bahkan, katanya, korban sempat menanyakan kepada para pedagang yang membuka lapak di sana, di mana letak kantor polisi terdekat. Setelah ditunjukkan oleh para saksi, Syarif berjalan menuju ke arah yang dimaksud. Namun baru berjalan 10 meter, Syarif ambruk dan meninggal dunia. (Sumber: Tribunnews.com)