Ohio - Kini banyak ibu-ibu di Amerika yang memilih membeli air susu ibu (ASI) secara online. Namun berhati-hatilah sebab ada kemungkinan ASI yang dijual online itu terkontaminasi bakteri yang menyebabkan penyakit.
Maraknya penjualan ASI online dan tingginya minat pembeli ASI tersebut membuat peneliti di Amerika ingin mengetahui keamanan dari ASI yang diperjualbelikan itu. Para ilmuwan mengirimkan permintaan pembelian ASI secara anonim kepada sekitar 500 penjual di berbagai situs populer di Amerika. Separuh dari penjual ini memberikan jawaban dan akhirnya sekitar 100 botol ASI pun dikirimkan.
"Kami menemukan, tiga perempat dari ASI yang kami teliti itu ternyata terkontaminasi, baik dengan bakteri level tinggi atau bakteri tertentu yang menyebabkan penyakit, yang biasanya ditemukan pada kotoran manusia," ujar peneliti riset, Sarah Keim yang merupakan ilmuwan di Nationwide Children"s Hospital di Columbus, Ohio.
Menurut Keim, seperti dikutip situs Livescience edisi 21 Oktober 2013 ini, ASI tersebut umumnya terkontaminasi dengan bakteri coliform yang umumnya digunakan sebagai indikator kualitas sanitasi makanan dan bakteri staphylococcus yang umumnya tumbuh di dalam penyimpanan makanan yang tak bersih. Bahkan, ungkap hasil riset yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics edisi 21 Oktober 2013 itu, ada tiga sampel yang terkontaminasi dengan Salmonella.
"Sebagian dari bakteri ini datang dari kulit sang ibu dan biasanya, dalam level normal, tidak berbahaya. Tetapi coliform dan salmonella bisa datang dari mana saja," ungkap Keim. "Kami mengetahui dari hasil penelitian lain bahwa dua pertiga dari wanita yang menggunakan pompa ASI tidak pernah mencuci alat pompa tersebut," kata dia.
Sumber kontaminasi yang lain bisa juga karena tidak mencuci tangan sebelum memompa ASI dan menyimpannya, atau bakteri dari makanan lain di dalam freezer tempat ASI tersebut disimpan, kata Keim lagi.
Dalam riset ini, para peneliti membandingkan sampel ASI yang dibeli online dengan ASI yang dipasteurisasi dari bank susu di rumah sakit dan menemukan bakteri yang lebih tinggi pada ASI yang dibeli secara online. Sebanyak 64 persen dari ASI yang dibeli online dan dites positif mengandung staphyloccous dibandingkan dengan hanya 25 persen ASI yang disimpan di bank susu.
Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa penambahan hari transit juga terkait dengan peningkatan total bakteri yang ditemukan dari ASI yang dibeli online. Ada juga risiko lain dari pembelian ASI online ini, kata para peneliti. Yaitu jika sang ibu yang memproduksi ASI ini mengkonsumsi obat-obat tertentu atau terpapar bahan kimia akibat pekerjaan mereka yang kemudian mempengaruhi ASI mereka. "Ada juga kemungkinan bahwa ASI itu bercampur dengan air atau susu sapi yang sebenarnya tidak sehat untuk bayi," kata Keim.
Para ibu yang ingin menyediakan ASI untuk anak-anak mereka tetapi mengalami kesulitan untuk menyediakan ASI sendiri harus bekerja sama dengan dokter atau tenaga medis atau lebih baik memanfaatkan layanan kesehatan yang disediakan. Keim juga mengimbau agar wanita yang produksi ASI-nya berlebih untuk menyumbangkannya kepada bank susu. (Sumber: Tempo.co)
Maraknya penjualan ASI online dan tingginya minat pembeli ASI tersebut membuat peneliti di Amerika ingin mengetahui keamanan dari ASI yang diperjualbelikan itu. Para ilmuwan mengirimkan permintaan pembelian ASI secara anonim kepada sekitar 500 penjual di berbagai situs populer di Amerika. Separuh dari penjual ini memberikan jawaban dan akhirnya sekitar 100 botol ASI pun dikirimkan.
"Kami menemukan, tiga perempat dari ASI yang kami teliti itu ternyata terkontaminasi, baik dengan bakteri level tinggi atau bakteri tertentu yang menyebabkan penyakit, yang biasanya ditemukan pada kotoran manusia," ujar peneliti riset, Sarah Keim yang merupakan ilmuwan di Nationwide Children"s Hospital di Columbus, Ohio.
Menurut Keim, seperti dikutip situs Livescience edisi 21 Oktober 2013 ini, ASI tersebut umumnya terkontaminasi dengan bakteri coliform yang umumnya digunakan sebagai indikator kualitas sanitasi makanan dan bakteri staphylococcus yang umumnya tumbuh di dalam penyimpanan makanan yang tak bersih. Bahkan, ungkap hasil riset yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics edisi 21 Oktober 2013 itu, ada tiga sampel yang terkontaminasi dengan Salmonella.
"Sebagian dari bakteri ini datang dari kulit sang ibu dan biasanya, dalam level normal, tidak berbahaya. Tetapi coliform dan salmonella bisa datang dari mana saja," ungkap Keim. "Kami mengetahui dari hasil penelitian lain bahwa dua pertiga dari wanita yang menggunakan pompa ASI tidak pernah mencuci alat pompa tersebut," kata dia.
Sumber kontaminasi yang lain bisa juga karena tidak mencuci tangan sebelum memompa ASI dan menyimpannya, atau bakteri dari makanan lain di dalam freezer tempat ASI tersebut disimpan, kata Keim lagi.
Dalam riset ini, para peneliti membandingkan sampel ASI yang dibeli online dengan ASI yang dipasteurisasi dari bank susu di rumah sakit dan menemukan bakteri yang lebih tinggi pada ASI yang dibeli secara online. Sebanyak 64 persen dari ASI yang dibeli online dan dites positif mengandung staphyloccous dibandingkan dengan hanya 25 persen ASI yang disimpan di bank susu.
Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa penambahan hari transit juga terkait dengan peningkatan total bakteri yang ditemukan dari ASI yang dibeli online. Ada juga risiko lain dari pembelian ASI online ini, kata para peneliti. Yaitu jika sang ibu yang memproduksi ASI ini mengkonsumsi obat-obat tertentu atau terpapar bahan kimia akibat pekerjaan mereka yang kemudian mempengaruhi ASI mereka. "Ada juga kemungkinan bahwa ASI itu bercampur dengan air atau susu sapi yang sebenarnya tidak sehat untuk bayi," kata Keim.
Para ibu yang ingin menyediakan ASI untuk anak-anak mereka tetapi mengalami kesulitan untuk menyediakan ASI sendiri harus bekerja sama dengan dokter atau tenaga medis atau lebih baik memanfaatkan layanan kesehatan yang disediakan. Keim juga mengimbau agar wanita yang produksi ASI-nya berlebih untuk menyumbangkannya kepada bank susu. (Sumber: Tempo.co)