Kairo - Menteri Luar Negeri Mesir Nabil Fahmy mengakui dalam wawancara yang diterbitkan Rabu bahwa hubungan negaranya dengan Washington saat ini berada dalam fase yang "sulit" setelah Amerika Serikat menunda bantuan militernya sebagai respon kudeta 3 Juli lalu.
Fahmy mengatakan pemerintah Amerika Serikat telah melebih-lebihkan pengaruh bantuan keuangannya terhadap kebijakan dari pemerintah sementara yang dibentuk oleh militer setelah menjatuhkan presiden yang terpilih secara demokratis, Muhammad Moursi.
"Kami saat ini sedang berada dalam fase yang sulit yang nampak dalam gejolak hubungan antara kedua negara. Dan siapa pun yang mengatakan hal berbeda, maka dia berbicara dengan tidak jujur," kata Fahmy dalam wawancara dengan harian milik pemerintah Al-Ahram.
Fahmy menyatakan Washington telah salah karena mengasumsikan bahwa penundaan pengiriman bantuan peralatan militer utama dan uang sebesar 260 juta dolar AS akan memengaruhi kebijakan pemerintah sementara.
Dia menyalahkan kondisi sulitnya hubungan dua negara pada ketergantungan terhadap bantuan Amerika Serikat pada masa rezim Husni Mubarok, yang dijatuhkan dari kekuasaannya setelah tiga dekade berkuasa pada 2011.
"Pada masa lalu kita telah memilih pilhan yang mudah dan tidak membiarkan adanya perbedaan pendapat... Hal ini membuat Amerika Serikat secara salah meyakini bahwa Mesir akan selalau mengikuti kebijakan-kebijakan Washington," kata Fahmy. (ant/bm 10)
Fahmy mengatakan pemerintah Amerika Serikat telah melebih-lebihkan pengaruh bantuan keuangannya terhadap kebijakan dari pemerintah sementara yang dibentuk oleh militer setelah menjatuhkan presiden yang terpilih secara demokratis, Muhammad Moursi.
"Kami saat ini sedang berada dalam fase yang sulit yang nampak dalam gejolak hubungan antara kedua negara. Dan siapa pun yang mengatakan hal berbeda, maka dia berbicara dengan tidak jujur," kata Fahmy dalam wawancara dengan harian milik pemerintah Al-Ahram.
Fahmy menyatakan Washington telah salah karena mengasumsikan bahwa penundaan pengiriman bantuan peralatan militer utama dan uang sebesar 260 juta dolar AS akan memengaruhi kebijakan pemerintah sementara.
Dia menyalahkan kondisi sulitnya hubungan dua negara pada ketergantungan terhadap bantuan Amerika Serikat pada masa rezim Husni Mubarok, yang dijatuhkan dari kekuasaannya setelah tiga dekade berkuasa pada 2011.
"Pada masa lalu kita telah memilih pilhan yang mudah dan tidak membiarkan adanya perbedaan pendapat... Hal ini membuat Amerika Serikat secara salah meyakini bahwa Mesir akan selalau mengikuti kebijakan-kebijakan Washington," kata Fahmy. (ant/bm 10)