Jakarta - Jalur perhubungan laut dunia atau "sea lanes of communication" melewati tujuh selat yang secara politik dan ekonomi sangat strategis karena menyangkut kelangsungan hidup sejumlah negara dimana empat di antara perairan tersebut berada dalam kedaulatan Indonesia.
"Jalur pelayaran laut ini membentang dari Teluk Persia ke arah barat menuju Eropa Barat, dan ke arah Timur menuju Asia Timur dan Amerika Serikat," jelas pemerhati masalah geostrategi Fika M Komara di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan wilayah perairan yang strategis tersebut meliputi Selat Boshporus yang memisahkan Turki bagian Eropa dan bagian Asia serta menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam. Selain itu adalah Selat Hormuz yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab, terletak di antara Teluk Oman dan Teluk Persia.
Sementara wilayah perairan strategis bagi pelayaran internasional di kawasan Pasifik melewati Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur.
"Sedangkan yang berada di wilayah kedaulatan Indonesia adalah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makasar," kata Fika.
Menurut dia jalur transportasi laut tersebut merupakan bentangan garis energi minyak dan gas bumi yang tidak boleh terputus karena hal tersebut sangat berkaitan dengan industri negara-negara maju.
Dalam bidang geografi transportasi, wilayah perairan tersebut dikenal sebagai "choke points" yakni lokasi yang membatasi kapasitas sirkulasi dan tidak dapat dengan mudah dilewati, karena sangat mudah untuk diblokir.
"Ini berarti bahwa setiap alternatif dari 'chokepoint' melibatkan suatu rute memutar atau penggunaan alternatif yang berimplikasi pada biaya dan penundaan waktu yang signifikan," jelas Fika.
Saat era perdagangan dunia bergeser ke wilayah Asia Pasifik, yang sebelumnya di Eropa dan Amerika, kawasan tersebut muncul sebagai salah satu pusat strategis maritim dunia di abad 21.
Di era perdagangan Trans-Pasifik, Selat Malaka mengambil peran yang sangat penting karena merupakan jalur laut terpendek yang bisa menghubungkan antara dua samudera penting di dunia yaitu Samudera India dan Samudera Pasifik.
"Rute perdagangan dari samudera India menuju samudera Pasifik akan menjadikan Selat Malaka sebagai rute tercepat di antara dua samudera ini, yang berarti menghemat biaya operasional," ujar Fika.
Rute pelayaran strategis juga dapat melewati Selat Sunda yang menghubungkan Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia. Rute pelayaran alternatif lainnya adalah melalui Selat Lombok dan Selat Makasar. Selain melewati Samudera Hindia, ke dua selat tersebut juga terhubung pada Samudera Pasifik dan Laut Filipina di utara dan Australia di selatan. (ant/bm 10)
"Jalur pelayaran laut ini membentang dari Teluk Persia ke arah barat menuju Eropa Barat, dan ke arah Timur menuju Asia Timur dan Amerika Serikat," jelas pemerhati masalah geostrategi Fika M Komara di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan wilayah perairan yang strategis tersebut meliputi Selat Boshporus yang memisahkan Turki bagian Eropa dan bagian Asia serta menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam. Selain itu adalah Selat Hormuz yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab, terletak di antara Teluk Oman dan Teluk Persia.
Sementara wilayah perairan strategis bagi pelayaran internasional di kawasan Pasifik melewati Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur.
"Sedangkan yang berada di wilayah kedaulatan Indonesia adalah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makasar," kata Fika.
Menurut dia jalur transportasi laut tersebut merupakan bentangan garis energi minyak dan gas bumi yang tidak boleh terputus karena hal tersebut sangat berkaitan dengan industri negara-negara maju.
Dalam bidang geografi transportasi, wilayah perairan tersebut dikenal sebagai "choke points" yakni lokasi yang membatasi kapasitas sirkulasi dan tidak dapat dengan mudah dilewati, karena sangat mudah untuk diblokir.
"Ini berarti bahwa setiap alternatif dari 'chokepoint' melibatkan suatu rute memutar atau penggunaan alternatif yang berimplikasi pada biaya dan penundaan waktu yang signifikan," jelas Fika.
Saat era perdagangan dunia bergeser ke wilayah Asia Pasifik, yang sebelumnya di Eropa dan Amerika, kawasan tersebut muncul sebagai salah satu pusat strategis maritim dunia di abad 21.
Di era perdagangan Trans-Pasifik, Selat Malaka mengambil peran yang sangat penting karena merupakan jalur laut terpendek yang bisa menghubungkan antara dua samudera penting di dunia yaitu Samudera India dan Samudera Pasifik.
"Rute perdagangan dari samudera India menuju samudera Pasifik akan menjadikan Selat Malaka sebagai rute tercepat di antara dua samudera ini, yang berarti menghemat biaya operasional," ujar Fika.
Rute pelayaran strategis juga dapat melewati Selat Sunda yang menghubungkan Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia. Rute pelayaran alternatif lainnya adalah melalui Selat Lombok dan Selat Makasar. Selain melewati Samudera Hindia, ke dua selat tersebut juga terhubung pada Samudera Pasifik dan Laut Filipina di utara dan Australia di selatan. (ant/bm 10)