PBB, New York - Sebanyak empat juta orang di daerah pedesaan di Madagaskar menghadapi kerawanan pangan setelah hasil panen tahun ini berkurang, kata juru bicara PBB, Rabu (9/10).
"Produksi beras --makan pokok warga di pulau Samudra Hindia itu-- dan jagung telah mengalami pukulan keras akiabat cuaca yang tidak bersahabat dan serbuan belalang," kata Farhan Haq, Wakil Juru Bicara PBB, dalam taklimat harian di Markas PBB, New York.
Ia mengutip laporan dari Orngaisasi Pertanian dan Pangan (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP).
Produksi beras anjlok sampai 21 persen tahun ini, sehingga terjadi defisit beras nasional sebanyak 240.000 ton meter untuk tahun fiskal 2013-2014, kata FAO dan WFP, yang mengajukan laporan mengenai besarnya krisis pangan di negeri itu setelah misi gabungan dilancarkan pada Juni dan Juli.
"Laporan tersebut menyatakan musim pertanian yang buruk ditambah oleh beberapa faktor --kondisi cuaca yang tidak bersahabat tahun lalu, topan awal tahun ini, lalu diikuti oleh musim hujan yang buruk-- sebagai penyebab masalah itu," kata Farhan Haq, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Negeri tersebut juga menderita akibat wabah belalang, yang telah merusak tanaman dan membuat petani enggan menanam benih, kata laporan itu.
"Nasib buruk pulau tersebut saat ini mencerminkan bertahun-tahun kemerosotan ekonomi, kemiskinan yang bertambah parah, layanan masyarakat yang terbatas dan serangkaian bencana alam yang telah mengikis kehidupan dan strategi penanganannya," kata lpaoran itu. "Banyak rumah tanggal menderita akibat makanan yang tak memadai dan kekurangan asupan makanan." Akibat dari guncangan baru-baru ini, terutama panen yang buruk dan kenaikan harga pangan, ialah banyak rumah tanggal telah memilih untuk mengurangi pembelian makanan mahal dan jatah makanan sebagai mekanisme penanggulangan, kata laporan tersebut. (ant/bm 10)
"Produksi beras --makan pokok warga di pulau Samudra Hindia itu-- dan jagung telah mengalami pukulan keras akiabat cuaca yang tidak bersahabat dan serbuan belalang," kata Farhan Haq, Wakil Juru Bicara PBB, dalam taklimat harian di Markas PBB, New York.
Ia mengutip laporan dari Orngaisasi Pertanian dan Pangan (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP).
Produksi beras anjlok sampai 21 persen tahun ini, sehingga terjadi defisit beras nasional sebanyak 240.000 ton meter untuk tahun fiskal 2013-2014, kata FAO dan WFP, yang mengajukan laporan mengenai besarnya krisis pangan di negeri itu setelah misi gabungan dilancarkan pada Juni dan Juli.
"Laporan tersebut menyatakan musim pertanian yang buruk ditambah oleh beberapa faktor --kondisi cuaca yang tidak bersahabat tahun lalu, topan awal tahun ini, lalu diikuti oleh musim hujan yang buruk-- sebagai penyebab masalah itu," kata Farhan Haq, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Negeri tersebut juga menderita akibat wabah belalang, yang telah merusak tanaman dan membuat petani enggan menanam benih, kata laporan itu.
"Nasib buruk pulau tersebut saat ini mencerminkan bertahun-tahun kemerosotan ekonomi, kemiskinan yang bertambah parah, layanan masyarakat yang terbatas dan serangkaian bencana alam yang telah mengikis kehidupan dan strategi penanganannya," kata lpaoran itu. "Banyak rumah tanggal menderita akibat makanan yang tak memadai dan kekurangan asupan makanan." Akibat dari guncangan baru-baru ini, terutama panen yang buruk dan kenaikan harga pangan, ialah banyak rumah tanggal telah memilih untuk mengurangi pembelian makanan mahal dan jatah makanan sebagai mekanisme penanggulangan, kata laporan tersebut. (ant/bm 10)