Ghazni - Ledakan bom pinggir jalan Minggu menewaskan sedikitnya 18 warga sipil, sebagian besar wanita, ketika mereka sedang pergi ke sebuah pesta pernikahan di Afghanistan tengah, kata beberapa pejabat provinsi.
"Ledakan bom pinggir jalan yang dipasang oleh musuh Afghanistan di daerah Andar di Ghazni menghantam sebuah kendaraan sipil sekitar pukul 16.40," kata gubernur provinsi itu, Mosa Khan Akbarzada, kepada AFP.
"Malangnya, kami menemukan 14 wanita, tiga pria dan seorang anak mati syahid dalam insiden tragis ini," kata Akbarzada.
Wakil kepala kepolisian provinsi Asadullah Insafi mengkonfirmasi serangan itu dan memberikan penjelasan serupa. Ia juga mengatakan, lima wanita dirawat di rumah sakit akibat ledakan tersebut.
Bom-bom pinggir jalan biasanya dipasang oleh militan Taliban untuk menyerang pasukan keamanan Afghanistan dan tentara NATO. Namun, serangan itu sering meleset dan mengenai warga sipil.
Belum ada pernyataan segera dari Taliban mengenai insiden Minggu itu.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.
Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.
Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan. (ant/bm 10)
"Ledakan bom pinggir jalan yang dipasang oleh musuh Afghanistan di daerah Andar di Ghazni menghantam sebuah kendaraan sipil sekitar pukul 16.40," kata gubernur provinsi itu, Mosa Khan Akbarzada, kepada AFP.
"Malangnya, kami menemukan 14 wanita, tiga pria dan seorang anak mati syahid dalam insiden tragis ini," kata Akbarzada.
Wakil kepala kepolisian provinsi Asadullah Insafi mengkonfirmasi serangan itu dan memberikan penjelasan serupa. Ia juga mengatakan, lima wanita dirawat di rumah sakit akibat ledakan tersebut.
Bom-bom pinggir jalan biasanya dipasang oleh militan Taliban untuk menyerang pasukan keamanan Afghanistan dan tentara NATO. Namun, serangan itu sering meleset dan mengenai warga sipil.
Belum ada pernyataan segera dari Taliban mengenai insiden Minggu itu.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.
Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.
Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan. (ant/bm 10)