Random Posts

header ads

Banyak Perusahaan Remehkan Praktik Pengelolaan SDA Berkelanjutan

Jakarta - CEO Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) , Dr Jamartin Sihite, menegaskan, sektor swasta, khususnya yang telah meraih keuntungan dari sumber daya alam dan telah menyebabkan orangutan tergusur dari rumahnya di hutan, harus lebih berperan aktif dalam menjalankan tanggung jawabnya.

"Kebanyakan perusahaan di Indonesia selama ini cenderung meremehkan praktik pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan atau best management practices, dan membebankan biaya lingkungan kepada pihak lain," kata Jamartin Sihite berkaitan dengan aksi pelepasliaran 18 orangutan ke habitatnya di Kalimantan Tengah.

Sementara, lanjutnya,  fakta yang logis adalah bahwa eksternalitas atau dampak negatif dari sebuah bisnis seharusnya menjadi tanggung jawab bisnis itu sendiri. "Ini harus segera berubah dan perubahan ini harus didorong dan dikawal oleh pemerintah melalui regulasi yang ketat dan tegas,” tegasnya.

Data Yayasan BOS menunjukkan, terkait Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017 yang diluncurkan oleh Presiden RI pada Konferensi Perubahan Iklim di Bali pada 2007 dinyatakan seluruh orangutan yang ada di pusat rehabilitasi harus telah dilepasliarkan paling lambat pada tahun 2015.

Selama 2012, Yayasan BOS telah melepasliarkan 44 orangutan ke Kalimantan Tengah. Yayasan ini juga berencana melepaskan 80-100 orangutan lagi di Bukit Batikap sampai akhir 2013 untuk memenuhi target tersebut. Pada 2013 Yayasan BOS telah melepasliarkan 20 orangutan tepat pada momen Hari Kasih Sayang.

Departemen Komunikasi Yayasan Bos dalam keterangan tertulisnya yang diterima Warta Kota, Jumat (16/8/2013) menyebitkan, kegiatan pelepasliaran 18 orangutan kali ini didukung oleh Kementerian Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten Murung Raya, BKSDA Kalimantan Tengah, dan seluruh masyarakat Murung Raya.

Yayasan BOS juga menyatakan sangat berterima kasih atas dukungan moral, finansial, dan logistik dari sektor swasta seperti BHP Biliton dan PT Indo Muro Kencana, juga donor perseorangan, para organisasi mitra, dan organisasi konservasi di seluruh dunia yang peduli atas usaha pelestarian orangutan di Indonesia. (wip) (Sumber: Tribunnews.com)