Random Posts

header ads

Utang menumpuk ganggu langkah Bakrie menuju kursi presiden?

Jakarta - Ketua umum partai Golkar Aburizal Bakrie bersiap maju menjadi calon presiden pada pemilihan umum 2014 nanti. Sejumlah kalangan menilai langkah ini tergolong berat.

Pasalnya, Bakrie saat ini tengah terlilit masalah utang dalam dunia bisnisnya dan biaya politik pada proses pilpres tidak murah. Pertanyaan selanjutnya dari mana Bakrie mendapat dana jika kinerja usahanya sebagai salah satu mesin penyokong dana sedang ambruk?

Perusahaan induk Bakrie yakni PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) belum lama ini merilis bahwa beban utang perusahaannya sekarang mencapai Rp 6,44 triliun. Langkah penyelamatan yang dilakukan Bakrie diklaim efektif. Dia pun langsung memutuskan untuk menjual pelbagai aset maupun sahamnya.

Menurut laporan keuangan yang didapatkan merdeka.com, berikut daftar utang-utang yang dimiliki oleh Bakrie dengan jatuh tempo tahun 2012 bersama afiliasinya.

1. Bakrie & Brothers mencapai Rp 5,4 triliun

2. Bumi Resources USD 638 juta atau setara Rp 6,38 triliun

3. Bakrieland Development Rp 17,707 triliun

4. Energi Mega Persada Rp 11,215 triliun

5 Bakrie Sumatera Plantations Rp 9,644 triliun

6. Bakrie Telecom Rp 7,844 triliun

7. Bumi Resources Minerals Rp 3,338 triliun

8. Berau Coal Energy Rp 1,535 triliun

9. Visi Media Asia Rp 822,276 miliar

10. Darma Henwa Rp 406,165 miliar.

Sementara, beberapa kekayaan Bakrie yang menjadi tumbal untuk dilepas antara lain Lido Nirwana Parahyangan, Bakrie Toll Road, Bakrie Telecom (Esia), Bakrie Building Industries, PT Energi Mega Persada, Bakrie Pipe Industries dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk.

Rencananya Bakrie juga ingin menjual perusahaan media VIVA grup yang menaungi tiga media besar yakni TvOne, ANTV dan portal berita Vivanews. Pengusaha terkaya ke-5 Indonesia Chairul Tanjung sudah terang-terangan mengakui berhasrat membeli tunai perusahaan Bakrie yang masih meraup untung besar tersebut.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan, Taipan MNC Harry Tanoesoedibjo turut melakukan penawaran.

Presiden Direktur BNBR, Bobby Gofur Umar, mengungkapkan strategi penyelamatan perusahaan ialah dengan hanya berfokus pada sektor tertentu dan melepas sisanya. Sektor yang akan tetap dipertahankan ialah sumber daya alam (SDA) dan infrastruktur.

Pesimisme terhadap pencapresan Bakrie salah satunya datang dari politikus senior Partai Golkar Zainal Bintang. Bintang menilai runtuhnya kerajaan bisnis Bakrie memberi preseden buruk di mata masyarakat.

Menurut Bintang, selama ini Ical, untuk meningkatkan tingkat elektabilitas mengandalkan uang. "Ical lagi menaikkan pamor dan elektabilitasnya, tetapi sudah terganjal dengan kerajaan bisnisnya yang anjlok," kata Zainal.

Menanggapi hal tersebut Juru Bicara Bakrie, Lula Mara, menegaskan utang merupakan hal yang lumrah dalam dunia bisnis. Hal yang terpenting ialah bagaimana kemampuan perusahaan untuk membayar utang tersebut.

"Semua perusahaan baik itu asing maupun lokal pasti punya utang," ujarnya pada merdeka.com di Jakarta, Selasa (9/7) malam.

Lula menambahkan, saat ini, Bakrie bukanlah seorang pebisnis. "Aburizal Bakrie tidak lagi sebagai pebisnis tapi sebagai ketum partai Golkar. Beliau tak memiliki utang pribadi," jelasnya.

Politisi Partai Golkar Nudirman Munir mengatakan bahwa harus dilakukan pembedaan antara kepentingan bisnis dan partai politik. "Bisnis jatuh bangun sudah biasa. Yang jelas dalam kepemimpinan Ical, Golkar mengalami banyak kemajuan," tutur Nudirman.

Bendahara Umum Partai Golkar Setya Novanto turut mengungkapkan persiapan dana untuk menghadapi Pilpres 2014 sepenuhnya menjadi tanggung jawab partai. "Di dalam partai jelas semua pendanaan partai berjalan dengan baik," ucap Setya.

Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menegaskan partai berlambang pohon beringin itu merupakan partai kaya sehingga keuangan bukan menjadi masalah. "Golkar merupakan partai kaya yang finansialnya berdasarkan sistem," kata Idrus. (Sumber: Merdeka.com)