MAUPORA hanya kepingan-kepingan pulau karang kecil yang berlindung di tengah mozaik Kepulauan Romang nan hijau dan subur. Akan tetapi nama pulau karang (atol) ini telah lama melegenda dan kesohor ke mancanegara.
Selain Danau Tihu di tengah Pulau Wetar, Pulau Maupora pun menyimpan legenda mistik bagi penduduk Maluku Barat Daya. Kabarnya hamparan mistik Maupora punya kaitan erat dengan kekuatan spiritual masyarakat penguasa alam gaib di Pulau Moa.
Belum ada penelitian supranatural soal korelasi kekuatan sebuah locus pemujaan para ’’suanggi’’ antara Moa dan Maupora, begitu pun dengan pengaruh kekuatan serupa di Bukit Doa Lekewain, Oirata, Kisar.
Pergulatan kekuatan gaib di atas kosmos Lekewain menjadi entry gate (jalur masuk) para setan ke Maupora. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin berwisata ke alam gaib (supranatural), Maupora bisa menjadi opsi unik dan paling menantang ketimbang pulau-pulau gaib lain di Maluku.
Sejauh ini Pulau yang luasnya tak sampai satu kilometer itu menyimpan kisah mistik seputar sering dihelatnya pertemuan (bakumpul) para penghuni alam gaib. Lazimnya disebut ’’Kongres Tahunan Setan se-Dunia’’.
Entah dari mana dan kapan muncul istilah di balik euforia perayaan pemilik kuasa-kuasa kegelapan (black magic) tersebut. Akan tetapi bagi warga Romang, Kisar, bahkan penduduk lain di MBD, Maupora merupakan lokasi berkumpul para setan maupun ’’suanggi- suanggi’’ (sejenis Leak di Bali) dari berbagai penjuru dunia. Hanya saja, tak ada yang sanggup mengetahui tingkat intensitas pertemuan para setan karena hingga kini banyak orang yang takut menginjakkan kaki di pulau ini.
Konon, di tengah pulau ini terdapat sebuah batu berbentuk meja persembahan (altar) dan mimbar untuk pertemuan para penghuni alam gaib. Altar menjadi mimbar penyembahan darah para korban ’’suanggie’’.
Menurut penuturan warga setempat, bagi penduduk yang tengah terbaring kritis karena sakit maupun mengalami musibah, arwah mereka sudah berseliweran di tanjung-tanjung di Pulau Romang, Pulau Kisar, maupun pulau-pulau lain di MBD. Bahkan, ada yang arwahnya digiring ke Bukit Doa, Kisar sebagai ukupan-ukupan para pemuja setan.
Bagi warga yang bisa melihat alam gaib (istilah lokal Maluku disebut ’’mata terang’’ atau punya kemampuan supranatural), dikisahkan bahwa sebelum seseorang meninggal, jazad penduduk yang lagi sakit kritis sudah dijemput sebuah ’’kapal khusus’’ yang dikawal perahu-perahu kecil yang nakhoda dan ABK-nya adalah arwah-arwah leluhur maupun suangie-suanggie dari Maupora.
Kapal yang merapat di pesisir Kisar, misalnya, seperti dituturkan Jopie Dahoklory, salah satu warga setempat, laiknya fisik kapal sungguhan (alam sadar).
Inilah mengapa Maupora disebut punya keanehan dan daya tarik sendiri bagi para penikmat wisata gaib. Mau coba? Datang saja ke Maupora. Bisa dengan kapal perintis menyinggahi pelabuhan Hila, Romang, dan berbekal sebuah perahu ketinting langsung ke Maupora.
Memang butuh keberanian karena Maupora punya keangkeran tersendiri yang layak dieksplore luas. (RONY SAMLOY)
Selain Danau Tihu di tengah Pulau Wetar, Pulau Maupora pun menyimpan legenda mistik bagi penduduk Maluku Barat Daya. Kabarnya hamparan mistik Maupora punya kaitan erat dengan kekuatan spiritual masyarakat penguasa alam gaib di Pulau Moa.
Belum ada penelitian supranatural soal korelasi kekuatan sebuah locus pemujaan para ’’suanggi’’ antara Moa dan Maupora, begitu pun dengan pengaruh kekuatan serupa di Bukit Doa Lekewain, Oirata, Kisar.
Pergulatan kekuatan gaib di atas kosmos Lekewain menjadi entry gate (jalur masuk) para setan ke Maupora. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin berwisata ke alam gaib (supranatural), Maupora bisa menjadi opsi unik dan paling menantang ketimbang pulau-pulau gaib lain di Maluku.
Sejauh ini Pulau yang luasnya tak sampai satu kilometer itu menyimpan kisah mistik seputar sering dihelatnya pertemuan (bakumpul) para penghuni alam gaib. Lazimnya disebut ’’Kongres Tahunan Setan se-Dunia’’.
Entah dari mana dan kapan muncul istilah di balik euforia perayaan pemilik kuasa-kuasa kegelapan (black magic) tersebut. Akan tetapi bagi warga Romang, Kisar, bahkan penduduk lain di MBD, Maupora merupakan lokasi berkumpul para setan maupun ’’suanggi- suanggi’’ (sejenis Leak di Bali) dari berbagai penjuru dunia. Hanya saja, tak ada yang sanggup mengetahui tingkat intensitas pertemuan para setan karena hingga kini banyak orang yang takut menginjakkan kaki di pulau ini.
Konon, di tengah pulau ini terdapat sebuah batu berbentuk meja persembahan (altar) dan mimbar untuk pertemuan para penghuni alam gaib. Altar menjadi mimbar penyembahan darah para korban ’’suanggie’’.
Menurut penuturan warga setempat, bagi penduduk yang tengah terbaring kritis karena sakit maupun mengalami musibah, arwah mereka sudah berseliweran di tanjung-tanjung di Pulau Romang, Pulau Kisar, maupun pulau-pulau lain di MBD. Bahkan, ada yang arwahnya digiring ke Bukit Doa, Kisar sebagai ukupan-ukupan para pemuja setan.
Bagi warga yang bisa melihat alam gaib (istilah lokal Maluku disebut ’’mata terang’’ atau punya kemampuan supranatural), dikisahkan bahwa sebelum seseorang meninggal, jazad penduduk yang lagi sakit kritis sudah dijemput sebuah ’’kapal khusus’’ yang dikawal perahu-perahu kecil yang nakhoda dan ABK-nya adalah arwah-arwah leluhur maupun suangie-suanggie dari Maupora.
Kapal yang merapat di pesisir Kisar, misalnya, seperti dituturkan Jopie Dahoklory, salah satu warga setempat, laiknya fisik kapal sungguhan (alam sadar).
Inilah mengapa Maupora disebut punya keanehan dan daya tarik sendiri bagi para penikmat wisata gaib. Mau coba? Datang saja ke Maupora. Bisa dengan kapal perintis menyinggahi pelabuhan Hila, Romang, dan berbekal sebuah perahu ketinting langsung ke Maupora.
Memang butuh keberanian karena Maupora punya keangkeran tersendiri yang layak dieksplore luas. (RONY SAMLOY)