Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak menguat tipis sebesar sembilan poin menjadi Rp12.921 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.930 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto Amerika Serikat periode kuartal I 2015 yang di bawah perkiraan kalangan analis menjadi salah satu faktor penekan mata uang dolar AS di pasar global.
"PDB Amerika Serikat hanya tumbuh 0,2 persen di kuartal I 2015, di bawah kuartal sebelumnya yang 2,2 persen dan perkiraan analis yang sebesar 1 persen," paparnya.
Kendati demikian, lanjut dia, walaupun angka PDB Amerika Serikat melambat cukup drastis, namun hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengirimkan sentimen kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) pada tahun ini.
"Gubernur the Fed Janet Yellen masih yakin bahwa perekonomian AS akan kembali ke jalur yang mengarah ke target jangka panjang dalam waktu dekat, dengan itu maka peluang dinaikkannya suku bunga acuan di tahun ini masih terbuka, situasi menahan penguatan rupiah lebih tinggi," katanya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, Bank Indonesia masih berusaha untuk memasok dolar AS di pasar domestik dalam rangka menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Situasi itu memberikan peluang bagi rupiah untuk bertahan di area positif.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa seluruh anggota FOMC tadi malam setuju untuk mempertahankan suku bunga 0-0,25 persen menyusul belum membaiknya perekonomian AS.
Namun, lanjut dia, Janet Yellen yang masih yakin terhadap ekonomi AS ke depannya maka kenaikan suku bunga AS dapat terjadi kapan saja. The Fed menyatakan dengan kebijakan akomodatif yang tepat, ekonomi AS serta pasar tenaga kerja akan tumbuh secara moderat. (ant/bm 10)
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto Amerika Serikat periode kuartal I 2015 yang di bawah perkiraan kalangan analis menjadi salah satu faktor penekan mata uang dolar AS di pasar global.
"PDB Amerika Serikat hanya tumbuh 0,2 persen di kuartal I 2015, di bawah kuartal sebelumnya yang 2,2 persen dan perkiraan analis yang sebesar 1 persen," paparnya.
Kendati demikian, lanjut dia, walaupun angka PDB Amerika Serikat melambat cukup drastis, namun hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengirimkan sentimen kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) pada tahun ini.
"Gubernur the Fed Janet Yellen masih yakin bahwa perekonomian AS akan kembali ke jalur yang mengarah ke target jangka panjang dalam waktu dekat, dengan itu maka peluang dinaikkannya suku bunga acuan di tahun ini masih terbuka, situasi menahan penguatan rupiah lebih tinggi," katanya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, Bank Indonesia masih berusaha untuk memasok dolar AS di pasar domestik dalam rangka menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Situasi itu memberikan peluang bagi rupiah untuk bertahan di area positif.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa seluruh anggota FOMC tadi malam setuju untuk mempertahankan suku bunga 0-0,25 persen menyusul belum membaiknya perekonomian AS.
Namun, lanjut dia, Janet Yellen yang masih yakin terhadap ekonomi AS ke depannya maka kenaikan suku bunga AS dapat terjadi kapan saja. The Fed menyatakan dengan kebijakan akomodatif yang tepat, ekonomi AS serta pasar tenaga kerja akan tumbuh secara moderat. (ant/bm 10)
0 Komentar