Beijing - Militer Beijing menuduh Tokyo melakukan "provokasi sangat berbahaya" dengan mengganggu pelatihan menggunakan peluru tajam China di Pasifik pekan lalu, memperingatkan bahwa kehidupan rakyat Jepang dapat dipertaruhkan, kata laporan media resmi negara itu, Jumat.
Kapal-kapal dan pesawat Jepang mengikuti dengan diam-diam kapal-kapal angkatan laut China yang sedang melakukan pelatihan di Samudra Pasifik barat, kata kementerian pertahanan yang dikutip media itu.
Tindakan kapal-kapal dan pesawat-pesawat Jepang itu tidak hanya mengganggu pelatihan normal kami tetapi juga membahayakan navigasi yang aman bagi kapal-kapal dan pesawat-pesawat China, dan mungkin dapat menimbulkan salah menilai dan menimbulkan cedera yang tidak disengaja," kata surat kabar China Daily milik pemerintah mengutip pernyataan juru bicara kementerian pertahanan Yang Yujun.
Yang Yujun memberi pernyataan-pernyataan itu dalam taklimat pers bulanan kementerian pertahanan, yang media asing dilarang hadir.
Menurut surat kabar pemerintah China Global Times, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat sedang melakukan pelatihan di Pasifik Barat Jumat lalu ketika satu kapal perang Jepang "memasuki zona pelatihan itu" dan tetap berada di lokasi itu selama tiga hari.
Sejumlah pesawat Jepang juga memasuki daerah itu beberapa kali, mengikuti dan mengawasi kapal-kapal China, kata laporan itu.
Kementerian itu menyampaikan satu protes keras atas aksi itu, tambahnya.
China memberikan peringatan terlebih dulu melalui Organisasi Maritim Internasional pada 23 Oktober bahwa pihaknya akan melakukan pelatihan-pelatihan, kata Global Times.
Tanggapan keras -- dan ancaman China yang keras-- menandakan hubungan Jepang-China semakin memburuk dalam tahun-tahun belakangan ini sementara dua negara raksasa ekonomi Asia itu terlibat sengketa menyangkut pulau-pulau di Laut China Timur dan kunjungan para pemimpin Jepang ke satu kuil di Tokyo di mana terdapat makam para korban perang.
Peningkatan ketegangan terbaru itu terjadi sepekan setelah kementerian pertahanan Jepang mengatakan bahwa setiap tindakan Jepang untuk menembak jatuh pesawat-pesawat China tanpa awak akan dianggap sebagai satu "tindakan perang".
Juga pekan lalu, Perdana menteri Jepang Shnzo Abe memperingatkan China atas kegiatan-kegiatan maritim, dengan mengatakan dalam satu pidato kepada Pasukan Bela Diri Jepang: "Kita akan menunjukkan niat kita tidak akan mengubah statusquo itu." "Kita harus melakukan pengawasan dan kegiatan-kegiatan intelijen bagi tujuan itu," kata Abe dalam pidatonya, yang dikutip kantor berita Kyodo Jepang. (ant/bm 10)
Kapal-kapal dan pesawat Jepang mengikuti dengan diam-diam kapal-kapal angkatan laut China yang sedang melakukan pelatihan di Samudra Pasifik barat, kata kementerian pertahanan yang dikutip media itu.
Tindakan kapal-kapal dan pesawat-pesawat Jepang itu tidak hanya mengganggu pelatihan normal kami tetapi juga membahayakan navigasi yang aman bagi kapal-kapal dan pesawat-pesawat China, dan mungkin dapat menimbulkan salah menilai dan menimbulkan cedera yang tidak disengaja," kata surat kabar China Daily milik pemerintah mengutip pernyataan juru bicara kementerian pertahanan Yang Yujun.
Yang Yujun memberi pernyataan-pernyataan itu dalam taklimat pers bulanan kementerian pertahanan, yang media asing dilarang hadir.
Menurut surat kabar pemerintah China Global Times, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat sedang melakukan pelatihan di Pasifik Barat Jumat lalu ketika satu kapal perang Jepang "memasuki zona pelatihan itu" dan tetap berada di lokasi itu selama tiga hari.
Sejumlah pesawat Jepang juga memasuki daerah itu beberapa kali, mengikuti dan mengawasi kapal-kapal China, kata laporan itu.
Kementerian itu menyampaikan satu protes keras atas aksi itu, tambahnya.
China memberikan peringatan terlebih dulu melalui Organisasi Maritim Internasional pada 23 Oktober bahwa pihaknya akan melakukan pelatihan-pelatihan, kata Global Times.
Tanggapan keras -- dan ancaman China yang keras-- menandakan hubungan Jepang-China semakin memburuk dalam tahun-tahun belakangan ini sementara dua negara raksasa ekonomi Asia itu terlibat sengketa menyangkut pulau-pulau di Laut China Timur dan kunjungan para pemimpin Jepang ke satu kuil di Tokyo di mana terdapat makam para korban perang.
Peningkatan ketegangan terbaru itu terjadi sepekan setelah kementerian pertahanan Jepang mengatakan bahwa setiap tindakan Jepang untuk menembak jatuh pesawat-pesawat China tanpa awak akan dianggap sebagai satu "tindakan perang".
Juga pekan lalu, Perdana menteri Jepang Shnzo Abe memperingatkan China atas kegiatan-kegiatan maritim, dengan mengatakan dalam satu pidato kepada Pasukan Bela Diri Jepang: "Kita akan menunjukkan niat kita tidak akan mengubah statusquo itu." "Kita harus melakukan pengawasan dan kegiatan-kegiatan intelijen bagi tujuan itu," kata Abe dalam pidatonya, yang dikutip kantor berita Kyodo Jepang. (ant/bm 10)