Random Posts

header ads

Cara Jepang melobi Dewi Soekarno demi proyek uang pampasan perang

PERKENALAN Dewi Soekarno dengan Bung Karno terjadi lewat bantuan seorang relasi di Hotel Imperial, Tokyo. Saat Dewi berkunjung ke Jakarta, Presiden pertama RI itu membisikkan lamarannya, "Jadilah kau sumber inspirasi dan kekuatanku." Dewi mengaku terpesona pada kharisma lelaki yang dikaguminya itu, dan akhirnya mereka menikah, dan sejak itu ia beroleh nama Ratna Sari Dewi.

Nama aslinya adalah Naoko Nemoto. Dikutip dari artikel 'Politik dan Aspek Budaya Kompensasi Perang Jepang ke Indonesia' karya Yoshimi Miyake, Naoko Nemoto menjadi media bagi perusahaan Jepang, seperti Tonichi, untuk mendapat proyek di Indonesia pada 1958-1960-an. Proyek-proyek tersebut berasal dari uang pampasan perang alias ganti rugi pendudukan Jepang di Indonesia.

Naoko yang berganti nama menjadi Ratna Sari Dewi, menjadi istri kelima Soekarno. Banyak pihak meyakini, Naoko Nemoto telah menjadi tokoh sentral dalam bisnis perusahaan Jepang di Jakarta saat itu. Yoshimi Miyake menyebutkan, saat itu tidak ada bisnis yang dapat dimulai di Indonesia tanpa izin Dewi.

Karenanya, tiap pengusaha saat itu harus pergi ke Wisma Yasoo (Rumah Yasuo), yang dibangun untuk Ratna Sari Dewi. Tindakan ini disebut 'kunjungan ke Dewi' atau Dewi Moode. Bahkan, tulis Miyake, perusahaan Kinoshita berhasil mendapat kontrak proyek Gedung Wisma Nusantara melalui intervensi Dewi.

Masih menurut Miyake, pengaruh Ratna Dewi Soekarno dan istri kedua Bung Karno, Hartini, pernah 'diperebutkan' oleh dua perusahaan mobil Jepang yang tengah bersaing untuk meminta persetujuan Soekarno atas ekspor kendaraan mereka. Saat itu, Ratna Sari Dewi menemukan Soekarno masih memiliki kontrak dengan Kubo untuk membeli jip dari perusahaan Tonichi. Ratna Sari Dewi bahkan sempat mencoba bunuh diri di Tokyo pada 1964 karena Bung Karno tak mau mendengarkannya untuk membatalkan kontrak dengan Kubo.

Ratna Sari Dewi bahkan pada 1962 pernah mendiskusikan rencana pembangunan sebuah rumah sakit di Jakarta dengan Takemi Taroh yang saat itu menjabat sebagai presiden Asosiasi Medis Jepang dan presiden Perusahaan Konstruksi Kajima. Pada September 1963, Dewi diperkenalkan oleh Presiden Soekarno kepada Perdana Menteri Ikeda Hayato dan istrinya di pertemuan pribadi selama kunjungan resmi mereka ke Indonesia.

Menurut mantan Duta Besar AS untuk Indonesia Marshal Green, Dubes Jepang untuk Indonesia ketika itu Shizuo Saito mendapat akses istimewa masuk ke dalam istana karena Dewi.

Dalam berbagai kesempatan, Ratna Sari Dewi menyangkal mendapat komisi dari perusahaan Jepang.

Menjelang redupnya kekuasaan Bung Karno, Dewi meninggalkan Indonesia. Dewi pun dituding tidak setia, karena meninggalkan Bung Karno dalam situasi yang sulit. Dewi lantas membantahnya.

"Saya ingin menyertai selamanya, namun Bapak memaksa saya untuk pergi demi keselamatan saya dan bayi yang saya kandung," katanya dalam wawancara dengan antara di Tokyo 2008 lalu. Dewi Soekarno kini dikenal di kalangan jetset dunia. Dia juga kerap tampil dalam acara-acara di televisi-televisi Jepang. (Sumber: Merdeka.com)