Washington - Penutupan oleh Pemerintah Federal AS telah memaksa dinas intelijen di negeri itu untuk mencutikan 70 persen tenaga kerjanya, kata beberapa pejabat intelijen AS, Rabu (2/10).
Ketika berbicara dalam dengar pendapat satu panel Senat, James Clapper, Direktur Intelijen Nasional, mengatakan lembaga intelijen telah dipaksa "merumahkan sebanyak 70 persen" tenaga kerjanya di seluruh jajaran.
"Saya telah berada di kegiatan intelijen selama 50 tahun. Saya tak pernah menyaksikan yang seperti ini," kata Clapper, yang membawahi 16 lembaga intelijen AS.
Clapper memperingatkan penutupan pemerintah dan cuti tersebut akan mempengaruhi kemampuan global lembaga intelijen guna mendukung militer, diplomasi dan pembuat kebijakan, dan bahaya itu bisa bertumpuk seiring berjalannya waktu dan akibat kerusakan "tersembunyi".
Saat memberi penjelasan dalam dengar pendapat tersebut, Jenderal Keith Alexander, Ketua Dinas Keamanan Nasional, mengatakan penutupan pemerintah dan curi pegawai federal telah mempengaruhi lembaga itu "sangat keras", demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Semua kesulitan tersebut meliputi dampak sangat besar pada moral, sebab lembaga tersebut melakukan sebagian besar tindakan penting kontra-terorisme.
Setelah berpekan-pekan permainan "pingpong" dewan legislatif, anggota parlemen AS melewati tenggat Senin tengah malam (30/9) untuk menghindari penutupan pemerintah federal.
Upaya pada saat terakhir guna menyelesaikan kebuntuan gagal, sebab Senat menolak rancangan paling akhir Kongres, yang dimaksudkan untuk memanfaatkan penundaan sebagian dari Obamacare sebagai syarat untuk mendanai pemerintah.
Berbagai lembaga federal AS harus mengidentifikasi personel penting dan memutuskan operasi apa yang akan berlanjut. Layanan dasar masyarakat mulai dari layanan pos sampai keamanan nasional akan tetap beroperasi. Namun sebanyak satu juta pegawai pemerintah akan terpengaruh dan sebagian dari mereka harus tinggal di rumah, untuk menjalani cuti tanpa bayaran. (ant/bm 10)
Ketika berbicara dalam dengar pendapat satu panel Senat, James Clapper, Direktur Intelijen Nasional, mengatakan lembaga intelijen telah dipaksa "merumahkan sebanyak 70 persen" tenaga kerjanya di seluruh jajaran.
"Saya telah berada di kegiatan intelijen selama 50 tahun. Saya tak pernah menyaksikan yang seperti ini," kata Clapper, yang membawahi 16 lembaga intelijen AS.
Clapper memperingatkan penutupan pemerintah dan cuti tersebut akan mempengaruhi kemampuan global lembaga intelijen guna mendukung militer, diplomasi dan pembuat kebijakan, dan bahaya itu bisa bertumpuk seiring berjalannya waktu dan akibat kerusakan "tersembunyi".
Saat memberi penjelasan dalam dengar pendapat tersebut, Jenderal Keith Alexander, Ketua Dinas Keamanan Nasional, mengatakan penutupan pemerintah dan curi pegawai federal telah mempengaruhi lembaga itu "sangat keras", demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Semua kesulitan tersebut meliputi dampak sangat besar pada moral, sebab lembaga tersebut melakukan sebagian besar tindakan penting kontra-terorisme.
Setelah berpekan-pekan permainan "pingpong" dewan legislatif, anggota parlemen AS melewati tenggat Senin tengah malam (30/9) untuk menghindari penutupan pemerintah federal.
Upaya pada saat terakhir guna menyelesaikan kebuntuan gagal, sebab Senat menolak rancangan paling akhir Kongres, yang dimaksudkan untuk memanfaatkan penundaan sebagian dari Obamacare sebagai syarat untuk mendanai pemerintah.
Berbagai lembaga federal AS harus mengidentifikasi personel penting dan memutuskan operasi apa yang akan berlanjut. Layanan dasar masyarakat mulai dari layanan pos sampai keamanan nasional akan tetap beroperasi. Namun sebanyak satu juta pegawai pemerintah akan terpengaruh dan sebagian dari mereka harus tinggal di rumah, untuk menjalani cuti tanpa bayaran. (ant/bm 10)