Jayapura - Dinas Kesehatan Kota Jayapura menyatakan penderita penyakit malaria di ibu kota Provinsi Papua selama 2013 jauh menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Data pada 2012, jumlah kasus malaria di kota ini sebanyak 26.248 kasus. Tetapi jika dibandingkan pada tahun ini hingga September, yang terekap di Dinas Kesehatan Kota Jayapura sebanyak 8.312 kasus," kata Dolarina De Breving, Kadinkes Kota Jayapura, Jumat.
Pernyataan ini disampaikannya menyusul pemberitaan disalah satu media yang menyatakan bahwa Kota Jayapura saranf penyakit malaria.
Menurut Dolerina, bukan saja penderita malaria yang berkurang tetapi penyakit lainnya juga ikut menurun seperti diare dan demam berdarah. "Dulu memang banyak warga yang terserang malaria ataupun penyakit seperti diare dan demam berdarah. Tetapi setelah Wali Kota Jayapura melalui program kebersihannya penyakit-penyakit tersebut mulai menurun bahkan hampir jarang terjadi," katanya.
Penurunan angka terhadap beberapa penyakit tersebut, kata Dolerina yang pernah bertugas sebagai tenaga medis di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya itu disebabkan juga karena pemahaman masyarakat akan kebersihan lingkungan mulai tinggi. Apa lagi dengan adanya undang-undang atau Perda yang mengatur tentang kebersihan.
"Sehingga masyarakat jadi tahu membuang sampah pada tempatnya dan juga menjadi tahu bagaimana mengelola sampah yang ada disekitarnya yang berujung pada lingkungan yang bersih. Jadi kalau dibilang seperti disairkan lewat RRI bahwa jadi sarang malaria itu kami bisa bantah," katanya.
Dolerina mengakui bahwa sebelumnya penyakit malaria menjadi penyakit yang paling mendominasi, tetapi sekarang di Kota Jayapura penyakit Infeksi saluran pernapasan atau Ispa yang paling sering ditemui. "Malaria, demam berdarah dan diare bergeser karena dampak dari kebersihan masyarakat yang semakin baik dan tahu menjaga kebersihan diri serta kebersihan lingkungan," katanya.
Untuk penyakit malaria, kata Dolerina, di Distrik Muara Tami yang paling banyak keluhan. Tetapi pihaknya segera mengantisipasi dengan melakukan fogging dan pembagian kelambu. "Para tenaga medis ataupun kader-kader kesehatan juga berperan dan juga membuka akses dengan rumah sakit untuk segera menangani masalah tersebut," katanya tanpa menyebutkan jumlah penyakit malaria di distrik yang berbatasan langsung dengan negara Papua New Guinea itu. (ant/bm 10)
"Data pada 2012, jumlah kasus malaria di kota ini sebanyak 26.248 kasus. Tetapi jika dibandingkan pada tahun ini hingga September, yang terekap di Dinas Kesehatan Kota Jayapura sebanyak 8.312 kasus," kata Dolarina De Breving, Kadinkes Kota Jayapura, Jumat.
Pernyataan ini disampaikannya menyusul pemberitaan disalah satu media yang menyatakan bahwa Kota Jayapura saranf penyakit malaria.
Menurut Dolerina, bukan saja penderita malaria yang berkurang tetapi penyakit lainnya juga ikut menurun seperti diare dan demam berdarah. "Dulu memang banyak warga yang terserang malaria ataupun penyakit seperti diare dan demam berdarah. Tetapi setelah Wali Kota Jayapura melalui program kebersihannya penyakit-penyakit tersebut mulai menurun bahkan hampir jarang terjadi," katanya.
Penurunan angka terhadap beberapa penyakit tersebut, kata Dolerina yang pernah bertugas sebagai tenaga medis di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya itu disebabkan juga karena pemahaman masyarakat akan kebersihan lingkungan mulai tinggi. Apa lagi dengan adanya undang-undang atau Perda yang mengatur tentang kebersihan.
"Sehingga masyarakat jadi tahu membuang sampah pada tempatnya dan juga menjadi tahu bagaimana mengelola sampah yang ada disekitarnya yang berujung pada lingkungan yang bersih. Jadi kalau dibilang seperti disairkan lewat RRI bahwa jadi sarang malaria itu kami bisa bantah," katanya.
Dolerina mengakui bahwa sebelumnya penyakit malaria menjadi penyakit yang paling mendominasi, tetapi sekarang di Kota Jayapura penyakit Infeksi saluran pernapasan atau Ispa yang paling sering ditemui. "Malaria, demam berdarah dan diare bergeser karena dampak dari kebersihan masyarakat yang semakin baik dan tahu menjaga kebersihan diri serta kebersihan lingkungan," katanya.
Untuk penyakit malaria, kata Dolerina, di Distrik Muara Tami yang paling banyak keluhan. Tetapi pihaknya segera mengantisipasi dengan melakukan fogging dan pembagian kelambu. "Para tenaga medis ataupun kader-kader kesehatan juga berperan dan juga membuka akses dengan rumah sakit untuk segera menangani masalah tersebut," katanya tanpa menyebutkan jumlah penyakit malaria di distrik yang berbatasan langsung dengan negara Papua New Guinea itu. (ant/bm 10)