Random Posts

header ads

“Pas van Baguala” atau “Passo”

BAGI sebagaian besar masyarakat yang bermukim di Desa Passo, sebutan “Pas van Baguala” mungkin baru saja terdengar di telinga mereka.  Namun bagi Debora Sahetapy (Deby), pemilik Cafee “Pas van Baguala,” sebutan ini sudah tidak lazim.

Deby sangat memahami sebutan ini, sebab dia paham betul sejarahnya dan tak tanggung-tanggung cafee miliknya pun diberi nama “Pas van Baguala,” yang beralamat di depan Terminal Transit Passo, Ambon.

Menurut Deby, penyebutan nama Pas van Baguala sudah ada sejak Tahun 1600 an, yaitu pada zaman tentara Belanda (VOC). Namun sekarang ini masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Passo yang artinya ditengah-tengah.

Untuk memastikan benar atau tidak “Pas van Baguala” adalah sebutan nama Passo, Deby akhirnya membeberkan hal itu kepada sejumlah wartawan dari berbagai media yang hadir saat lounching cafee-nya di Depan Terminal Transit Passo, Jumat (1/6).

“Pas van Baguala lebih dikenal sejak kedudukan tentara Belanda (VOC) sekitar tahun 1600 silam. Namun nama itu berangsur sirna hingga sekarang ini orang lebih mengenal sebutan Passo,” kata Deby.

Pas van Baguala menurut Deby, ditandai dengan adanya fort Middleburg (sebuah Benteng Belanda). Benteng ini dulunya berada di dekat Gereja Passo tua. Kalau sekarang benteng tersebut tidak bisa lagi dilihat dari arah jalan karena sudah dipenuhi rumah warga.

Deby berobsesi, kedepan, cafee yang dibangunnya itu dapat lebih memperkenalkan dan menanamkan nilai sejarah dan budaya kepada orang Maluku.

“Saya tidak memasang target untuk orang bule berambut merah maupun putih. Saya juga tidak mencari kaya dengan apa yang saya buat ini, namun obsesi saya adalah bagaimana tempat ini dapat memperkenalkan sejarah dan budaya kepada masyarakat Maluku, sehingga kedepan mereka akan lebih mengenal sejarah dan budayanya sendiri,” jelas Deby.

Deby mengatakan, orang Maluku sangat kaya dengan budayanya, karena itu sengaja ia memilih moto pada lounching cafeenya yakni “Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal budayanya.”

Deby mengajak masyarakat untuk berkunjung ke cafee Pas van Baguala yang letaknya di depan Terminal Transit Passo untuk melihat ide-ide yang ia miliki selama ini.

“Pas van Baguala memang lain tampilannya dengan cafee yang ada umumnya di Maluku. Sangat berbeda,” kata Otmudi yang juga seorang wartawan di Ambon.

Selain menampilkan kebudayaan Maluku, Caffe Pas van Baguala juga menyediakan berbagai hidangan kuliner Maluku, seperti Koyabu kasbi, Poporces, Gogos, Sagu, dan kuliner lainnya, serta berbagai aneka minuman hangat maupun dingin dengan harga terjangkau. (bm 10)

Posting Komentar

0 Komentar